Pages

Sunday, June 3, 2012

Menulis Aspek Geospasial dengan Bahasa Populer

Share on :


Sebagai sebuah cabang keilmuan yang “kurang populer”, adalah sebuah kewajaran jika seorang mahasiswa Geodesi tidak terlalu berminat untuk menulis. (Mungkin) karena ketidakpopulerannya itu, kita sering terkurung dalam paradigma bahwa riset Geodesi kurang bermanfaat karena kurang aplikatif dalam masyarakat. Geodesi terlalu rumit untuk ditulis dalam bahasa populer atau jurnalistik dalam kolom artikel di Kompas atau Jakarta Post. Benarkah?
Dalam sebuah tulisannya yang berjudul “Broadcast Yourself by Publishing – a Scholarship Journey”, Bapak Andi Arsana, pakar perbatasan yang juga dosen di Geodesi UGM, menjelaskan bahwa membuat tulisan dengan tema geospasial di koran atau majalah sebenarnya mutlak diperlukan untuk mereka yang berminat menjadi akademisi atau peneliti yang ingin men-share ilmunya. Hal ini diperlukan karena segmentasi pembaca yang jauh lebih luas dibandingkan kita menuliskannya dalam jurnal penelitian. Namun, meski menulis dengan bahasa populer itu perlu, penulisan di jurnal dan makalah tetap diperlukan untuk menjaga hakikat keilmuan kita yang sebenarnya melalui konsep dan metodologi yang sesuai.
Lantas, sesulit itukah berinteraksi dengan pembaca awam ketika kita berbicara aspek geospasial? Jika kita masih berpikir demikian, artinya kita masih terkungkung pada pola pikir yang sempit. Atau dalam istilah lainnya, mungkin kita tidak mau melihat berbagai permasalahan dengan bidang keilmuan kita. Mungkin dengan istilah frontalnya lagi, malas berpikir. Sudah terlalu banyak problematika bangsa ini yang merupakan ranah kerja kita. Simpel saja, pernahkah kita berpikir bahwa penentuan jalur evakuasi bencana Merapi 2010, pemodelan daerah rawan tsunami Aceh dan Padang 2012, kasus perbatasan Indonesia-Malaysia yang seakan tak berujung, penentuan titik api (hotspot) dalam hutan, sampai piranti yang sering sekali kita gunakan, Google Map dan Google Earth dapat dibicarakan dengan spesifik oleh ahli Geodesi?
Memang tidak mudah menjelaskan istilah “datum”, “proyeksi”, “deliniasi”, atau sekedar kata sederhana, “koordinat” kepada orang yang tidak pernah belajar aspek kebumian sama sekali. Namun mentransfer pengetahuan yang kita punya tentang itu kepada orang awam tergantung kemauan kita sendiri, apalagi lewat tulisan. Namun ketika kita sudah memiliki passion untuk menjadikan ilmu kita bermanfaat, semua itu akan dapat dilakukan dengan mudah. Satu yang mesti kita jadikan pegangan adalah, Geodesi ilmu yang dibutuhkan! Hanya saja, karena ketidakpopulerannya dan begitu sedikit lulusan yang dihasilkannya (meskipun kebutuhan perusahaan dan instansi akan lulusan Geodesi begitu luar biasa) kita sering terlalu ragu –atau bahkan malu– untuk menjelaskan apa basic kita. Katakanlah kita ini Geodesi, dan mantaplah untuk berbicara apa yang dapat kita lakukan!
Semua tidak sulit kalau kita punya keinginan kuat untuk mewujudkannya. Yang penting, bekali diri dengan ilmu yang cukup (karena kemampuan berbicara dan menulis tidak akan cukup tanpa pengetahuan yang memadai), bersedia untuk membuka mata terhadap berbagai problematika bangsa, dan jangan pernah lelah untuk berbagi.


Sumber gambar: http://noahbonn.com/2011/12/


No comments:

Post a Comment

Please write your comment here