Sebagai
sebuah cabang keilmuan yang “kurang populer”, adalah sebuah kewajaran jika
seorang mahasiswa Geodesi tidak terlalu berminat untuk menulis. (Mungkin)
karena ketidakpopulerannya itu, kita sering terkurung dalam paradigma bahwa
riset Geodesi kurang bermanfaat karena kurang aplikatif dalam masyarakat.
Geodesi terlalu rumit untuk ditulis dalam bahasa populer atau jurnalistik dalam
kolom artikel di Kompas atau Jakarta Post. Benarkah?
Dalam
sebuah tulisannya yang berjudul “Broadcast
Yourself by Publishing – a Scholarship Journey”, Bapak Andi Arsana, pakar
perbatasan yang juga dosen di Geodesi UGM, menjelaskan bahwa membuat tulisan dengan
tema geospasial di koran atau majalah sebenarnya mutlak diperlukan untuk mereka
yang berminat menjadi akademisi atau peneliti yang ingin men-share ilmunya. Hal ini diperlukan karena
segmentasi pembaca yang jauh lebih luas dibandingkan kita menuliskannya dalam
jurnal penelitian. Namun, meski menulis dengan bahasa populer itu perlu,
penulisan di jurnal dan makalah tetap diperlukan untuk menjaga hakikat keilmuan
kita yang sebenarnya melalui konsep dan metodologi yang sesuai.
Lantas,
sesulit itukah berinteraksi dengan pembaca awam ketika kita berbicara aspek
geospasial? Jika kita masih berpikir demikian, artinya kita masih terkungkung
pada pola pikir yang sempit. Atau dalam istilah lainnya, mungkin kita tidak mau
melihat berbagai permasalahan dengan bidang keilmuan kita. Mungkin dengan
istilah frontalnya lagi, malas berpikir. Sudah terlalu banyak problematika
bangsa ini yang merupakan ranah kerja kita. Simpel saja, pernahkah kita
berpikir bahwa penentuan jalur evakuasi bencana Merapi 2010, pemodelan daerah
rawan tsunami Aceh dan Padang 2012, kasus perbatasan Indonesia-Malaysia yang
seakan tak berujung, penentuan titik api (hotspot)
dalam hutan, sampai piranti yang sering sekali kita gunakan, Google Map dan Google
Earth dapat dibicarakan dengan spesifik oleh ahli Geodesi?
Memang
tidak mudah menjelaskan istilah “datum”, “proyeksi”, “deliniasi”, atau sekedar
kata sederhana, “koordinat” kepada orang yang tidak pernah belajar aspek
kebumian sama sekali. Namun mentransfer pengetahuan yang kita punya tentang itu
kepada orang awam tergantung kemauan kita sendiri, apalagi lewat tulisan. Namun
ketika kita sudah memiliki passion untuk
menjadikan ilmu kita bermanfaat, semua itu akan dapat dilakukan dengan mudah.
Satu yang mesti kita jadikan pegangan adalah, Geodesi ilmu yang dibutuhkan!
Hanya saja, karena ketidakpopulerannya dan begitu sedikit lulusan yang
dihasilkannya (meskipun kebutuhan perusahaan dan instansi akan lulusan Geodesi begitu
luar biasa) kita sering terlalu ragu –atau bahkan malu– untuk menjelaskan apa basic kita. Katakanlah kita ini Geodesi,
dan mantaplah untuk berbicara apa yang dapat kita lakukan!
Semua
tidak sulit kalau kita punya keinginan kuat untuk mewujudkannya. Yang penting,
bekali diri dengan ilmu yang cukup (karena kemampuan berbicara dan menulis
tidak akan cukup tanpa pengetahuan yang memadai), bersedia untuk membuka mata
terhadap berbagai problematika bangsa, dan jangan pernah lelah untuk berbagi.
Sumber gambar: http://noahbonn.com/2011/12/
Sumber gambar: http://noahbonn.com/2011/12/
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here