Peta.
Tidak ada yang merasa asing dengan kata itu. Namun ketika Anda berasal dari
jurusan Teknik Geodesi dan tiba-tiba seseorang menanyakan di mana Anda belajar,
bisa dipastikan dahi orang itu akan berkerut sejenak mendengar jawaban Anda. “Geodesi? Apa itu? Apa bedanya dengan
Geologi? Mau kerja di mana setelah lulus nanti?”. Anda yang pernah mengalami
hal ini saya yakin sedang tersenyum kecut mengingat apa yang sudah terjadi.
Ironis
memang. Di saat Android sudah begitu akrab dengan Google Map, model 3D yang
kian rajin menghiasi tampilan Google Earth, hingga muncul aplikasi navigasi di
kendaraan yang mampu menghafal rute terbaik yang seharusnya Anda lewati,
Geodesi masih saja tidak populer. Kalau dibilang salah siapa, tak ada yang
perlu disalahkan. Tapi bisa jadi memang ada yang salah dengan pola pikir orang
Geodesi itu sendiri. Jika iya, maka saya pun berkontribusi di dalam “tenggelamnya”
ilmu Geodesi itu, entah sekarang atau nanti.
Mungkin
ada baiknya sedikit “memperbaiki” pola pikir kita dalam memahami sebuah
situasi. Insting spasial kita harus sedikit ditingkatkan agar kita berbeda dari
orang lain ketika melihat peta. Karena dalam kehidupan sehari-hari, berbagai
peristiwa bisa dilihat dari sudut pandang spasial. Bagaimana tidak, di tahun
2012 ini siapa yang tidak butuh peta? Bahkan nenek-nenek miskin pun akan
membutuhkan peta minimal untuk sertifikat hak atas tanahnya.
Susah?
Mungkin, tapi bisa juga tidak. Hanya merubah pola pikir, tidak lebih dari itu.
Dimulai dari sana, mungkin nantinya insting spasial kita akan meningkat tajam,
yang pada akhirnya akan mampu menyelesaikan problematika bangsa ini dengan
bidang keilmuan kita. Contoh-contoh di bawah ini bisa dijadikan rujukan. Tapi
jangan anggap saya sudah bisa melakukannya, karena saya pun masih belajar
melatih insting spasial itu hingga ke tahap ekstrem.
1. Peka saat BMKG menyampaikan berita gempa
bumi dan tsunami
Saat terjadi
bencana alam khususnya gempa bumi atau tsunami, biasanya siaran televisi selalu
menampilkan peta titik pusat gempa dan zonasi kerawanan yang dihasilkan.
Sadarkah Anda bahwa itu adalah bentuk SIG yang paling sederhana? Bedanya
mungkin Anda harus repot meng-overlay parameter-parameter
yang Anda gunakan pada ArcGIS, sedangkan BMKG mampu menghasilkan peta kerawanan
dengan lebih cepat menggunakan alat yang canggih.
2. Tersesat? Google Map selalu setia
mengirimkan posisimu
Saya bicara
khusus pada pengguna smartphone. Internet
yang ada pada device Anda dapat
sesekali membantu memahami daerah Anda pada Google Map. Satelit tidak akan
kehilangan posisi Anda di atas peta. Dengan fitur-fitur lain misalnya Latitude
atau find nearest object pada
Android, Google mampu mengarahkan Anda ke tempat tujuan.
3. Telinga langsung berdering saat news presenter mengatakan “NOAA”
Entah sudah
berapa kali kata “NOAA” diucapkan seorang pembaca berita saat menceritakan
peristiwa kebakaran hutan. Bagi seorang geodet, apalagi penggila citra satelit
dan penginderaan jauh, kata itu pasti tidak asing di telinga. Dengarkan detail
beritanya, mungkin Anda akan mendapatkan pengetahuan bagaimana NOAA dapat
menentukan titik api.
4. Tertarik dengan kisruh perbatasan wilayah
Isu yang tidak
akan pernah habis sampai kapan pun. Berita negeri kita bersitegang dengan
tetangga-tetangga kita (khususnya Malaysia) seperti tidak akan surut. Baik
kontinen maupun maritim, ada saja sengketa yang diributkan. Hal ini seharusnya
menarik perhatian seorang geodet, karena kita belajar langsung teknik
pengukuran batas wilayah.
Ya,
hanya itu, dan mungkin Anda bisa kembangkan sendiri contoh-contoh yang lain.
Geodesi menjadi tidak populer salah satunya mungkin karena orang Geodesi itu
sendiri tidak mampu menjelaskan tugas utama mereka dalam membuat sebuah peta
yang akurat dan estetik. Kita terlalu terperangkap dalam rumusan-rumusan yang
rumit dalam pemetaan itu sendiri, hingga pada akhirnya tidak mampu menjelaskan
kepada orang awam mengenai peranan kita dalam berbagai hal. Menyederhanakan
cara bicara ketika kita menjelaskan mengenai teori spasial kepada orang awam
adalah hal yang cukup sulit, namun ketika kita paham konteksnya, itu sangat
mungkin untuk dilakukan. Tentunya kita sendiri yang bangga bukan, jika bidang
keilmuan kita makin sering disebutkan dan dimengerti banyak orang?
Ini
cuma beberapa contoh saja. Saya sendiri pun belum tentu bisa setiap saat
melakukannya, kita sama-sama belajar. Yang penting, selalu kembangkan rasa
ingin tahu, lihat keadaan sekitar, dan coba pikirkan masalah tersebut dari
sudut pandang geospasial. Jika Anda hebat, bisa jadi Anda punya solusinya. Jika
tidak, berpikir itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Sumber
gambar:
1. http://naruto-devoav1997yahoocom.blogspot.com
2. http://bola.vivanews.com
3. http://www.mofonu.com
4. http://www.fokusriau.com
5. http://tech.groups.yahoo.com
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here