Pages

Saturday, June 23, 2012

Di Balik "Ketidakpopuleran" Geodesi Saat Peta Menjadi Primadona (Opini)

Share on :

Peta. Tidak ada yang merasa asing dengan kata itu. Namun ketika Anda berasal dari jurusan Teknik Geodesi dan tiba-tiba seseorang menanyakan di mana Anda belajar, bisa dipastikan dahi orang itu akan berkerut sejenak mendengar jawaban Anda. “Geodesi? Apa itu? Apa bedanya dengan Geologi? Mau kerja di mana setelah lulus nanti?”. Anda yang pernah mengalami hal ini saya yakin sedang tersenyum kecut mengingat apa yang sudah terjadi.
Ironis memang. Di saat Android sudah begitu akrab dengan Google Map, model 3D yang kian rajin menghiasi tampilan Google Earth, hingga muncul aplikasi navigasi di kendaraan yang mampu menghafal rute terbaik yang seharusnya Anda lewati, Geodesi masih saja tidak populer. Kalau dibilang salah siapa, tak ada yang perlu disalahkan. Tapi bisa jadi memang ada yang salah dengan pola pikir orang Geodesi itu sendiri. Jika iya, maka saya pun berkontribusi di dalam “tenggelamnya” ilmu Geodesi itu, entah sekarang atau nanti.
Mungkin ada baiknya sedikit “memperbaiki” pola pikir kita dalam memahami sebuah situasi. Insting spasial kita harus sedikit ditingkatkan agar kita berbeda dari orang lain ketika melihat peta. Karena dalam kehidupan sehari-hari, berbagai peristiwa bisa dilihat dari sudut pandang spasial. Bagaimana tidak, di tahun 2012 ini siapa yang tidak butuh peta? Bahkan nenek-nenek miskin pun akan membutuhkan peta minimal untuk sertifikat hak atas tanahnya.
Susah? Mungkin, tapi bisa juga tidak. Hanya merubah pola pikir, tidak lebih dari itu. Dimulai dari sana, mungkin nantinya insting spasial kita akan meningkat tajam, yang pada akhirnya akan mampu menyelesaikan problematika bangsa ini dengan bidang keilmuan kita. Contoh-contoh di bawah ini bisa dijadikan rujukan. Tapi jangan anggap saya sudah bisa melakukannya, karena saya pun masih belajar melatih insting spasial itu hingga ke tahap ekstrem.
1.    Peka saat BMKG menyampaikan berita gempa bumi dan tsunami
Saat terjadi bencana alam khususnya gempa bumi atau tsunami, biasanya siaran televisi selalu menampilkan peta titik pusat gempa dan zonasi kerawanan yang dihasilkan. Sadarkah Anda bahwa itu adalah bentuk SIG yang paling sederhana? Bedanya mungkin Anda harus repot meng-overlay parameter-parameter yang Anda gunakan pada ArcGIS, sedangkan BMKG mampu menghasilkan peta kerawanan dengan lebih cepat menggunakan alat yang canggih.
2.    Tersesat? Google Map selalu setia mengirimkan posisimu
Saya bicara khusus pada pengguna smartphone. Internet yang ada pada device Anda dapat sesekali membantu memahami daerah Anda pada Google Map. Satelit tidak akan kehilangan posisi Anda di atas peta. Dengan fitur-fitur lain misalnya Latitude atau find nearest object pada Android, Google mampu mengarahkan Anda ke tempat tujuan.


3.    Telinga langsung berdering saat news presenter mengatakan “NOAA”
Entah sudah berapa kali kata “NOAA” diucapkan seorang pembaca berita saat menceritakan peristiwa kebakaran hutan. Bagi seorang geodet, apalagi penggila citra satelit dan penginderaan jauh, kata itu pasti tidak asing di telinga. Dengarkan detail beritanya, mungkin Anda akan mendapatkan pengetahuan bagaimana NOAA dapat menentukan titik api.

4.    Tertarik dengan kisruh perbatasan wilayah
Isu yang tidak akan pernah habis sampai kapan pun. Berita negeri kita bersitegang dengan tetangga-tetangga kita (khususnya Malaysia) seperti tidak akan surut. Baik kontinen maupun maritim, ada saja sengketa yang diributkan. Hal ini seharusnya menarik perhatian seorang geodet, karena kita belajar langsung teknik pengukuran batas wilayah.

Ya, hanya itu, dan mungkin Anda bisa kembangkan sendiri contoh-contoh yang lain. Geodesi menjadi tidak populer salah satunya mungkin karena orang Geodesi itu sendiri tidak mampu menjelaskan tugas utama mereka dalam membuat sebuah peta yang akurat dan estetik. Kita terlalu terperangkap dalam rumusan-rumusan yang rumit dalam pemetaan itu sendiri, hingga pada akhirnya tidak mampu menjelaskan kepada orang awam mengenai peranan kita dalam berbagai hal. Menyederhanakan cara bicara ketika kita menjelaskan mengenai teori spasial kepada orang awam adalah hal yang cukup sulit, namun ketika kita paham konteksnya, itu sangat mungkin untuk dilakukan. Tentunya kita sendiri yang bangga bukan, jika bidang keilmuan kita makin sering disebutkan dan dimengerti banyak orang?
Ini cuma beberapa contoh saja. Saya sendiri pun belum tentu bisa setiap saat melakukannya, kita sama-sama belajar. Yang penting, selalu kembangkan rasa ingin tahu, lihat keadaan sekitar, dan coba pikirkan masalah tersebut dari sudut pandang geospasial. Jika Anda hebat, bisa jadi Anda punya solusinya. Jika tidak, berpikir itu lebih baik daripada tidak sama sekali.



Sumber gambar:
1.  http://naruto-devoav1997yahoocom.blogspot.com
2.  http://bola.vivanews.com
3.  http://www.mofonu.com
4.  http://www.fokusriau.com
5.  http://tech.groups.yahoo.com

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here