Sumber gambar: http://piks052589.deviantart.com
Pertengahan
tahun 2008. Waktu dimana aku memulainya. Geodesi, jurusan ini bahkan tidak
pernah terlintas di pikiranku sampai aku memilah-milih opsi masa depanku di
sebuah warnet di Purwokerto. Masa depan, karena bisa jadi jurusan yang kupilih
saat itu adalah ilmu yang akan mengantarkanku ke puncak atau menjatuhkanku ke
dasar (sedikit lebay meskipun benar,
biarlah, anggap saja seni menulis).
Pilihan itu
akhirnya ditetapkan. Teknik Geodesi Universitas Diponegoro mantap menjadi salah
satu pelabuhan ilmuku. Tak ada keraguan, sekalipun sedikit, bahwa aku akan
mendapatkan banyak hal di sana. Waktu pun terus bergulir, dan aku mulai
menjalani kehidupanku di kampus yang sampai kapanpun akan terus aku cintai itu.
Harus
kuakui, aku bukan seseorang yang pintar, apalagi jenius. Dan Geodesi memang
bukan sebuah ilmu yang mudah, karena banyak objek yang sifatnya abstrak dan
harus dibayangkan untuk dapat memahaminya. Geoid, ellipsoid, proyeksi, azimuth,
jika imajinasi kita tak cukup cerdas untuk dapat membayangkannya, sudah pasti
yang ada hanya kebingungan yang nyata. Memang, sebenarnya ada perangkat lunak
yang dapat membantu kita memahami konsep dasarnya, tapi mungkin saat itu aku
tak cukup rajin untuk mempelajarinya lebih dalam.
Di sana,
aku mendapatkan banyak hal. Ilmu yang aku cintai, dosen-dosen yang baik, pengalaman
organisasi dan asisten dosen, pembelajaran hidup mandiri, hingga
sahabat-sahabat yang bukan hanya menyenangkan, tapi juga hebat-hebat. Waktu
terus berjalan, hingga akhirnya aku melaluinya dalam waktu empat tahun. Dunia
kerja terbuka untukku, dan sejujurnya aku tak pernah berminat bekerja di luar
bidang yang aku tekuni saat kuliah. Tapi tentu saja ini hanya soal pilihan, tak
ada yang salah untuk mereka yang bekerja di bidang yang tak ada hubungannya
dengan pendidikannya.
Keinginan
itu berbuah hasil dua minggu setelah aku diwisuda, saat aku diterima di sebuah perusahaan
pemetaan. Ada beberapa pengalaman baru terkait pengolahan data spasial yang aku
dapatkan di sana, tapi semua tak berjalan lama karena aku hanya bertahan empat
bulan. Namun bagaimanapun juga perusahaan itu adalah awal karirku pasca kampus,
dan itu akan sangat berharga untuk kelanjutan karirku di masa depan. Lepas dari
sana, aku melanjutkan “pembelajaranku” di sebuah kontraktor konstruksi. Meski di
sana didominasi para insinyur Teknik Sipil, aku selalu bersyukur dengan
pengalamanku bekerja sebagai surveyor di perusahaan itu. Mulai dari pengalaman
kerja di lapangan, pengalaman mengoperasikan alat, sampai pengalaman panas-panasan
sebagai seorang surveyor (sebagian besar
orang mungkin tidak suka, tapi aku sangat menyukainya, paling tidak saat itu
sebagai pengalaman dan pembelajaran). Kombinasi menarik yang telah
memberiku banyak sekali pelajaran.
Karirku di
perusahaan konstruksi itu hanya sepanjang sembilan bulan sebelum akhirnya aku
berlabuh di tempat kerjaku sekarang, Badan Informasi Geospasial (BIG). Sebuah
instansi pemerintah yang fokus untuk penyelenggaraan informasi geospasial
Indonesia. Di sini, kombinasi dari seluruh ilmu yang aku dapatkan saat kuliah
dan pengalaman organisasi seperti digabung menjadi satu. Tentu saja, karena
dasar dari apa yang aku pelajari di kampus begitu jelas diterapkan di sini,
sedangkan organisasi tentu saja adalah faktor penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Begitu banyak ilmu baru yang aku dapatkan di sini, sebagian
karena tak pernah diajarkan di kampus, sebagian besar karena aku baru
benar-benar memahami apa yang sudah pernah disampaikan oleh dosen di kampus
karena benar-benar melakukan sendiri dalam pekerjaan (maafkan mahasiswamu ini pak dan bu dosen, hehe..).
Nah, untuk
Anda yang masih bertanya-tanya bagaimana prospek jurusan ini ke depannya, saya
dapat katakan, kebutuhan ilmu ini di level profesional masih sangat besar. Sekedar
informasi sederhana, membuat peta yang benar itu ada ilmunya dan tidak mudah,
dan peta yang benar saat ini sangat dibutuhkan untuk perencanaan pembangunan. Ditambah
lagi, peta dasar (darat) itu ada berbagai macam skala (10 skala menurut
Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial), dan luas
Indonesia sudah jelas begitu besarnya, sementara universitas yang
menyelenggarakan program studi Teknik Geodesi/Geomatika (ini bukan jurusan yang
berbeda, hanya perbedaan istilah saja) bisa dihitung dengan jari. Anggaran
pemerintah yang terus meningkat untuk kegiatan pemetaan adalah bukti bahwa
informasi geospasial kini sudah sangat dibutuhkan, bahkan ditunggu, terutama
untuk perencanaan tata ruang. Dan jangan lupa, ini penting, bahwa surveyor pemetaan adalah salah satu profesi yang akan bersaing di Program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tentu saja itu hanya beberapa, masih banyak
kebutuhan lainnya yang tak akan mampu dijabarkan dalam satu artikel saja.
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here