Kedaulatan dan harga diri bangsa Indonesia sesungguhnya merupakan tanggung jawab seluruh elemen negara ini. Bahkan sebagai kaum intelektual yang memiliki latar belakang pendidikan universitas kita memiliki kewajiban lebih untuk mengembangkan bangsa ini baik dari segi teknis yang memanfaatkan bidang keteknikan kita maupun aspek sosial yang dalam hal ini berupa pengembangan sumber daya manusia. Dan sebagai seorang geodetic engineer, ada banyak hal yang dapat kita lakukan dalam meningkatkan martabat bangsa kita di dunia internasional, dimana salah satunya adalah penjagaan wilayah bangsa ini lewat penetapan batas negara yang kuat dan berdaulat.
Friday, December 23, 2011
Tuesday, November 22, 2011
Normalisasi Radiometrik dalam Menentukan Perubahan Lahan
KAJIAN ANALISA NORMALISASI RADIOMETRIK CITRA SPOT-4
TERHADAP CITRA LANDSAT-7 ETM SEBAGAI
OPSI DALAM MENENTUKAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN*
Andri Suprayogi1, Danang Budi Susetyo2, Muhammad Dimas A. N.2
1Dosen Program Studi Teknik Geodesi UNDIP, 2Mahasiswa Teknik Geodesi UNDIP
Teknik Geodesi Universitas Diponegoro (UNDIP)
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
email : jurusan@geodesi.ft.undip.ac.id
ABSTRAK
Dalam kondisi yang ideal, sebuah citra seharusnya menunjukkan keadaan yang sesuai dengan kondisi aslinya di lapangan, baik secara visual maupun secara spektral. Pada citra, pantulan spektral dan panjang gelombang dapat membedakan material permukaan lahan seperti air, lahan kering, dan tumbuhan (Hasyim dkk, 2011). Ketika nilai spektral yang ada pada citra tidak menunjukkan nilai pantulan gelombang elektromagnetik yang sesuai dengan kenampakan suatu objek, maka kondisi tersebut dinamakan kesalahan radiometrik, dimana kesalahan tersebut berupa pergeseran nilai atau derajat keabuan elemen gambar (piksel) pada citra (Purwadhi, 2008). Kesalahan tersebut dapat dihilangkan dengan melakukan normalisasi radiometrik, yaitu koreksi untuk memberikan nilai piksel yang sesuai pada citra, sehingga menghasilkan serangkaian citra yang memiliki kondisi penutup lahan yang sama berdasarkan nilai spektral (Callahan, 2003). Penelitian ini mengkaji perbedaan nilai spektral citra SPOT-4 terhadap citra Landsat-7 ETM dalam mempelajari perubahan lahan terhadap waktu berdasarkan nilai spektral dengan mengkaji nilai piksel citra SPOT terhadap citra referensi Landsat pada daerah yang sama.
*Salah satu makalah dalam Seminar Nasional dan Forum Ilmiah Tahunan Geodesi UNDIP - Ikatan Surveyor Indonesia. Makalah selengkapnya dapat di-download di sini.
*Salah satu makalah dalam Seminar Nasional dan Forum Ilmiah Tahunan Geodesi UNDIP - Ikatan Surveyor Indonesia. Makalah selengkapnya dapat di-download di sini.
Wednesday, November 2, 2011
Gambaran Umum Wilayah Perbatasan di Indonesia
Diambil dari Modul Kuliah "Survey Batas Wilayah" Teknik Geodesi UNDIP yang bersumber dari Harmen Batubara (Purnawirawan Dinas Topografi AD)
Saturday, October 22, 2011
Intisari UU No. 43 tahun 2008 tentang Batas Wilayah Negara
Salah satu permasalahan yang menjadi problem terbesar dan terumit dari Indonesia adalah permasalahan batas wilayah. Berbagai sengketa yang melibatkan NKRI dengan negara-negara tetangga kerap terjadi. Ini tentu menjadi salah satu hal urgen yang harus diatasi segera, karena persoalan sengketa tersebut bisa menjadi riak-riak yang memicu terjadinya konflik antar negara.
Berbagai upaya sebenarnya telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Peraturan yang mengatur mengenai batas wilayah antar negara sudah didokumentasikan dalam Undang-undang No. 43 tahun 2008. Berikut merupakan intisari dari peraturan tersebut.
Berbagai upaya sebenarnya telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut. Peraturan yang mengatur mengenai batas wilayah antar negara sudah didokumentasikan dalam Undang-undang No. 43 tahun 2008. Berikut merupakan intisari dari peraturan tersebut.
Monday, September 19, 2011
Friday, September 16, 2011
Thursday, September 15, 2011
Mengoverlay Citra ke Google Earth
Dalam beberapa keperluan koreksi geometrik seperti orthorektifikasi menggunakan metode RPC (Ratio Polynomial Coefficient) yang dilakukan dengan software ENVI kita memerlukan citra yang sudah terkoreksi (georeferenced) sebagai referensi. Namun ketika kita tidak mempunyai citra referensi (referenced image) tersebut kita bisa mendapatkan koordinatnya pada Google Earth. Namun perbedaan visualisasi warna pada citra terkadang menyulitkan kita untuk menemukan lokasi tertentu yang sama pada citra dan Google Earth, sehingga meng-overlay-kan keduanya merupakan cara terbaik untuk mempermudah kita dalam menempatkan GCP. Berikut tips-tips dalam meng-overlay-kan citra ke dalam Google Earth:
Tuesday, September 13, 2011
Mengejar Ilmu ke Universitas New Brunswick (UNB) Kanada
Tulisan saya dalam majalah Geodesi UNDIP "Ellipsoida" dengan judul "Menggondol Gelar Master di Luar Negeri? Why Not?" yang sumbernya diterjemahkan dari http://gge.unb.ca dengan beberapa perubahan.
Masih ingat film yang begitu populer sekitar dua tahun yang lalu, Laskar Pelangi? Sebuah film inspiratif yang mengangkat tema utama perjuangan seorang bocah miskin Belitong yang memiliki harapan dan semangat yang sangat luar biasa untuk memperoleh pendidikan itu seharusnya menjadi cambuk yang sangat keras untuk kita yang kini tengah menikmati bangku kuliah. Ditambah dengan sekuelnya, Sang Pemimpi yang kembali berkisah mengenai usaha tak kenal lelah Ikal dan Arai yang pada akhirnya mampu mewujudkan mission impossible mereka yaitu menjejakkan kaki di altar suci Universitas Sorbonne itu benar-benar mendeskripsikan makna kesuksesan akademis yang sesungguhnya: hanya bermodalkan kerja keras, semangat, harapan, dan doa tanpa didukung sedikitpun kultur akademis maupun finansial yang kuat, namun mereka berdua mampu memperoleh apa yang bahkan belum tentu mampu didapatkan oleh mereka yang hidup berkecukupan.
Sunday, September 11, 2011
Koreksi Topografi (Topographic Correction)
Artikel ini merupakan ringkasan dasar teori dari laporan penulis saat melakukan Kerja Praktek di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sumbernya diterjemahkan dari jurnal internasional K.H. Law dan J. Nichol dari Department of Land Surveying and Geo-Informatics The Hongkong Polytechnic University.
Koreksi topografi (topographic correction) disebabkan oleh pengaruh sudut elevasi matahari, sehingga menyebabkan perubahan pencahayaan pada permukaan bumi karena sifat dan kepekaan objek menerima tenaga dari luar tidak sama serta perubahan radiasi permukaan objek disebabkan oleh perubahan sudut pengamatan sensor. Perubahan radiasi permukaan objek menyebabkan perubahan kecerahan citra. Perubahan sudut penyinaran matahari terhadap zenit dan jarak matahari ke bumi mempengaruhi irradiasi matahari yang sampai ke objek di permukaan bumi, sehingga menyebabkan perubahan pada nilai piksel pada rekaman gambar di permukaan bumi. Oleh karena itu, koreksi topografi bertujuan untuk mengembalikan nilai keabuan elemen gambar (piksel) pada nilai yang sebenarnya (Purwadhi, 2008). Untuk melakukan koreksi nilai piksel tersebut diperlukan informasi mengenai besar dan arah sudut matahari (sudut zenit dan azimut matahari), serta informasi mengenai besar dan arah kemiringan piksel (slope dan aspek dari piksel).
Saturday, September 10, 2011
Normalisasi Radiometrik (Radiometric Normalization)
Posting berikut adalah rangkuman terjemahan dari kumpulan jurnal internasional Gang Hong dari Department of Geodesy and Geomatics Engineering University of New Brunswick, Kanada tahun 2007 dengan judul IMAGE FUSION, IMAGE REGISTRATION, AND RADIOMETRIC NORMALIZATION FOR HIGH RESOLUTION IMAGE PROCESSING.
Beberapa faktor independen dari penutup lahan dapat
secara signifikan mempengaruhi reflektansi spektral yang diukur pada sensor. Ini termasuk kalibrasi
sensor, elevasi matahari, kondisi atmosfer dan topografi. Dari faktor-faktor
tersebut, kalibrasi sensor, sudut matahari dan kondisi atmosfer mengalami
perubahan terhadap waktu. Normalisasi citra diperlukan untuk mengurangi efek
variasi radiometrik pada beberapa citra yang memiliki perbedaan waktu. Hasilnya
adalah serangkaian citra yang memiliki kondisi penutup lahan yang sama
berdasarkan nilai spektral, memungkinkan untuk
analisa lebih lanjut dalam mendeteksi perubahan tutupan lahan (Callahan, 2003).
Friday, September 9, 2011
Penentuan Arah Kiblat secara Sederhana
Post ini adalah copas dari note saya di facebook tanggal 23 Januari 2010. Jadi berita yang tercantum pun hanya relevan dengan keadaan saat itu. Tapi InsyaAllah ilmu ini tetap bermanfaat dan akan dibutuhkan kembali. :)
Beberapa hari yang lalu, kita cukup dikejutkan dengan pemberitaan di media yang menyampaikan arah Ka’bah yang menjadi patokan shalat kita telah berubah seiring begitu seringnya gempa tektonik yang memiliki korelasi dengan pergeseran lempeng terjadi di negeri kita. Begitu dinamisnya lempeng bumi bergerak, ditambah dengan tingginya tingkat frekuensi gempa yang terjadi di Indonesia, menjadikan koordinat geodetik Indonesia menjadi bergeser yang implikasinya berpengaruh terhadap perhitungan sudut Indonesia terhadap Ka’bah yang menjadi pedoman arah kiblat. Perubahan itu disadari setelah posisi koordinat diamati dengan menggunakan teknik perhitungan satelit. Diperkirakan posisi Ka’bah terhadap Indonesia melenceng beberapa derajat.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Labels
- Alternatif Kuliah (2)
- Aplikasi Keilmuan (15)
- Motivasi (42)
- Teori (17)
- Tips dan Tutorial (55)