Layaknya
sebuah produk yang diproduksi untuk digunakan orang banyak, data spasial –terutama
terkait peta dasar– juga perlu melalui proses kontrol kualitas sebelum
dipublikasi. Metode dalam melakukan kontrol kualitas beraneka ragam, namun pada
umumnya parameter yang harus dipenuhi seperti didefinisikan oleh The ICA Commission of Spatial Data Quality berkaitan
dengan ketelitian posisi, ketelitian atribut, kelengkapan, lineage, logical consistency,
ketelitian semantik, dan informasi temporal.
Berkaitan
dengan Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, kualitas
data spasial disebutkan pada pasal 49, dimana dinyatakan pengguna Informasi
Geospasial (IG) berhak mengetahui kualitas IG yang diperolehnya. Hal itulah
yang menjadi dasar mengapa kontrol kualitas sangat diperlukan dalam produksi
data spasial dasar.
Berkaitan
dengan teknologi yang dapat membantu proses kontrol kualitas, Esri telah
mengeluarkan tools yang dapat
mengakomodir kepentingan tersebut. Tools tersebut
adalah Data Reviewer, yang memang
diperuntukkan khusus untuk kontrol kualitas data spasial. Data Reviewer adalah bagian dari ekstensi Production Mapping, sehingga ketika kita menginstall Production Mapping maka Data Reviewer akan ikut terinstall di
dalamnya.
Kontrol
kualitas menggunakan Data Reviewer dapat
dilakukan dengan metode review visual (visual
review) dan review otomatis (automated
review). Visual review lebih
fokus kepada kelengkapan data hasil stereoplotting
atau digitasi terhadap data dasar yang digunakan (misalnya citra optis atau
radar). Visual review menggunakan Data Reviewer dapat dilakukan
menggunakan grid yang dapat ditandai ketika sudah direview, sehingga dapat
dilakukan dengan lebih sistematis untuk meminimalisir bagian yang terlewat.
Penandaannya pun dapat dilakukan dengan tiga geometri dasar GIS (titik, garis,
dan poligon) sehingga meminimalisir perbedaan persepsi antara petugas kontrol
kualitas dengan operator pelaksana.
Automated review lebih terkait dengan kualitas basisdata. Sebagian
adalah kualitas yang terkait dengan topologi, seperti tidak boleh ada garis
yang menggantung, tidak boleh ada garis yang putus (pseudonodes), atau tidak boleh ada segmen yang multipart. Sebagian lainnya terkait dengan akurasi ketinggian,
seperti tidak boleh ada perbedaan nilai z di pertemuan vertex, atau konsistensi nilai z yang semakin turun dari hulu ke
muara pada sebuah segmen sungai. Ada juga yang terkait dengan basisdata,
misalnya field yang menggunakan domain tidak boleh null. Ada juga yang berkaitan dengan hubungan antar fitur, seperti
tidak boleh ada kontur yang menabrak sungai lebih dari satu kali. Dan masih
banyak lagi pilihan-pilihan Data Check yang
disediakan oleh Data Reviewer.
Lebih jauh
lagi, automated review dapat dikembangkan
menjadi batch review, yaitu
pengecekan secara simultan dengan memproses sebuah batch jobs yang merupakan grup dari pilihan-pilihan Data Check yang digabungkan. Batch job disimpan dalam file *.rbj (reviewer batch job) dan dapat disimpan,
dibagikan, atau diedit menggunakan Reviewer
Batch Job Manager.
Hasil deteksi
error dari visual review, automated review, maupun batch review direkam dalam sebuah tabel
yang disebut Reviewer Table. Tabel
ini juga membantuk ketika akan melakukan zoom
in ke error yang sudah direkam.
Seluruh
proses yang dilakukan oleh Data Reviewer disimpan
dalam sebuah Reviewer Workspace yang berbentuk geodatabase. Skema di dalam geodatabase workspace tersebut akan
terbentuk ketika Data Reviewer pertama
kali dijalankan.
Ini hanya
sekilas penjelasan mengenai Data Reviewer.
Untuk tutorial lebih lengkapnya, mungkin bisa dijelaskan lebih mendetail dalam
postingan-postingan berikutnya. :)
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here