Sumber gambar: https://www.reverbnation.com/realproject
Memasuki
jurusan yang berkaitan dengan geospasial (Geodesi/Geografi) biasanya membuat
kita menemui beberapa metode pembelajaran. Jika diklasifikasikan secara garis
besar, dapat dikatakan metode itu berupa teori di kelas dan praktikum di
lapangan atau laboratorium. Pembelajaran di kelas adalah tentang belajar
mengenai teori dasar dari materi yang diajarkan, sedangkan praktikum lebih
kepada penerapan dari apa yang dipelajari di kelas pada dunia nyata, atau sebut
saja real project.
Harus
dipahami, bahwa real project dapat
dikatakan sebagai bentuk dan penerapan nyata dari apa yang kita pelajari saat
praktikum. Standar praktikum dalam bidang spasial biasanya adalah belajar
menggunakan alat-alat survei atau software
pemetaan dengan teknis yang sudah ditetapkan, atau jika pengajar (bisa
dosen maupun asisten dosen) ingin menganalisis kemampuan anak didiknya, maka
dapat diberikan kasus yang lebih spesifik untuk dipecahkan. Setelah itu,
mahasiswa diharuskan membuat laporan dari apa yang sudah dikerjakan dalam
praktikum tersebut, yang skema dasarnya biasanya terdiri dari pendahuluan, dasar
teori, metodologi, analisis, serta hasil dan kesimpulan.
Sebenarnya,
itu adalah pembelajaran yang sangat efektif untuk membuat mahasiswa lebih melek
dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Satu yang pasti, kemampuan menggunakan
alat atau software pemetaan jelas
sangat dibutuhkan untuk mereka yang akan masuk ke dalam real spatial project. Hal itu berlaku untuk semua posisi, baik
operator, koordinator, bahkan ketua tim. Operator sudah pasti wajib untuk
mengetahui pengoperasian alat secara mendetail, juga pada kasus-kasus tertentu
yang dapat terjadi –ini tentu membutuhkan pengalaman. Koordinator tak akan
mampu me-manage anggotanya jika ia
tak paham mengenai teknis. Ketua tim memang (idealnya) hanya akan berkoordinasi
dengan koordinator saja, namun untuk orang yang berkaitan langsung dengan
pemberi kerja, sepertinya akan susah jika ia sendiri tidak paham mengenai
teknis pekerjaan yang dilakukan para operatornya.
Tak hanya
soal menggunakan alat dan software,
membuat laporan juga tidak kalah pentingnya. Teknis tak akan terekam dengan jelas
dan mendetail jika tak didukung administrasi, bahkan seringkali administrasi
jadi salah satu aspek yang lebih menonjol ketika menilai suatu progres
pekerjaan. Administrasi yang rapi akan mendukung pekerjaan menjadi lebih
terorganisir, dan pembuatan laporan merupakan salah satu komponen administrasi
yang diperlukan dalam sebuah project.
Laporan
bisa berupa laporan perencanaan (atau bisa juga disebut rencana detail) yang
memuat seluruh rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan. Di dalamnya terdapat detail
peralatan dan personil yang disiapkan, strategi yang akan dilakukan, timeline pekerjaan, dan semua aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam menyusun rencana pekerjaan. Selain laporan
pendahuluan, tentunya juga diperlukan laporan pekerjaan, yang menuliskan
seluruh kegiatan yang sudah dilakukan, bisa per waktu tertentu atau per
tahapan.
Sudah
pasti, pembelajaran dengan metode praktikum akan sangat bermanfaat untuk
mahasiswa yang nantinya akan masuk ke real
spatial project. Jadi, jika ada kemungkinan rezekimu nantinya bersumber
dari sana, masih mau malas kuliah? :)
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here