Sumber gambar: http://tweakyourbiz.com/marketing/2016/04/19/5-simple-tips-make-effective-presentation/
Spasial
tidak dapat dikatakan sebagai bidang ilmu yang “populer” di Indonesia, meski
secara implementasi sebenarnya sudah banyak aplikasi berbasis teknologi yang
menggunakan data spasial. Ini tentunya menjadi salah satu tantangan tersendiri
bagi para pelaku dan penggiat di dunia geospasial, bahwa ilmunya memang kurang
begitu akrab di telinga masyarakat. Fakta tersebut membuat para pelaku
geospasial tersebut tentu memerlukan strategi tersendiri ketika berbicara
bidang keilmuannya di depan orang-orang non-spasial. Ini bisa terjadi ketika seseorang
yang membutuhkan dan menggunakan peta, namun tidak memahami konsep dasar
spasial, sehingga diperlukan teknik tersendiri dalam menjelaskan peta secara
mudah. Bisa juga ketika kita menyampaikan sebuah materi dalam forum, namun audience kita bukanlah orang yang
sebidang dengan keilmuan kita, dan ini sebenarnya lebih menantang karena
terkait dengan banyak orang.
Contoh
terakhir saya alami beberapa waktu yang lalu, ketika mempresentasikan paper saya
dalam International Conference on
Technology, Innovation, and Society (ICTIS) di Padang, Juli 2016.
Konferensi itu mengambil segmen multi-disiplin, dengan topik utama adalah
pengembangan teknologi, sehingga banyak cluster
keilmuan di sana. Geodesi termasuk di dalamnya, namun ternyata paper saya
dimasukkan ke dalam cluster Sistem
Informasi, karena yang saya tuliskan mengambil tema otomasi. Hal itu membuat audience saya semuanya tidak memiliki background Geospasial, kecuali moderator
saya yang ternyata menggeluti SIG meskipun berlatar belakang IT.
Meski
ditawari presentasi di cluster Geodesi
oleh panitia, saya menolak karena ini akan menjadi pengalaman baru, presentasi
di depan orang-orang non-spasial. Ini menantang, karena saya bisa menilai diri
saya sendiri apakah presentasi ini akan jelas dan menarik di depan audience yang tidak sebidang dengan
saya. Strategi saya waktu itu adalah dengan menjelaskan spasial secara umum di
awal presentasi, dengan memberikan contoh aplikasi spasial yang sudah sangat
sering digunakan oleh masyarakat, yaitu Google Map. Hasilnya, ada dua orang
yang bertanya, dan memang spasial akan lebih akrab di masyarakat awam ketika
berpadu dengan aplikasi, karena pertanyaan mereka berdua adalah sekilas game yang sedang naik daun, yaitu
Pokemon Go. Pokemon Go memang menggunakan peta di dalamnya, sehingga diskusi
pun cukup menarik meskipun tidak lama –dikarenakan waktu yang terbatas.
Moderator saya yang cukup mempunyai pengetahuan SIG bertanya lebih mendalam
mengenai konten presentasi, dan ada diskusi yang tak kalah menarik di dalamnya.
Dengan keterbatasan saya, saya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul, dan
tentunya akan menjadi pembelajaran yang sangat berharga ke depannya.
Berbicara
spasial di depan orang-orang non-spasial memang tidak mudah, tapi menantang dan
menarik. Ketika melakukan itu, kita mesti punya strategi khusus bagaimana agar
apa yang akan kita sampaikan dapat diterima oleh mereka, bahkan direspon dengan
antusias. Selain itu, kita juga akan membuka mata, bagaimana pandangan dan
pemahaman mereka tentang peta yang tentunya akan sangat berbeda ketika kita
berbicara dengan orang-orang spasial. Dan jangan lupa, bahwa semua bidang
keilmuan saling membutuhkan, tidak dapat berdiri sendiri. Melalui pemahaman
ini, tentu kita bisa semakin menyadari untuk terus membuka diri terhadap
keilmuan lain, tidak terkungkung dan berkutat dengan apa yang kita geluti saja.
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here