Melakukan pe-marking-an tangga dalam struktur bangunan bisa dikatakan gampang-gampang
susah. Kita bisa sebut mudah karena ketika sudah berpegang pada elevasi
dan as yang benar maka kita tinggal menentukan trap awal sesuai jarak dan
elevasi pada gambar rencana untuk kemudian dijadikan acuan pada trap-trap
berikutnya –termasuk bordes. Tidak terlalu mudah karena kita harus melakukannya
dengan sangat teliti, sehingga tangga yang dihasilkan sesuai antara elevasi
trap pertama dengan trap akhir.
Secara prinsip berikut metode yang harus dilakukan dalam pe-marking-an tangga bangunan.
Secara prinsip berikut metode yang harus dilakukan dalam pe-marking-an tangga bangunan.
1. Tentukan
elevasi acuan dan as pada kolom
Jika kolom sudah selesai dicor,
kita harus melakukan pe-marking-an
as dan elevasi tertentu (biasanya +1,000 m) untuk digunakan dalam berbagai
keperluan. Salah satu fungsi dari as dan elevasi +1,000 m itu adalah untuk
dijadikan acuan dalam menentukan trap tangga. Caranya, tarik elevasi trap
tangga sesuai dengan gambar rencana. Misalkan elevasi trap yang dimaksud adalah
+2,61 m, maka kita harus menarik elevasi tersebut setinggi 1,61 m dari elevasi
+1,000 m. Sekedar informasi, untuk menentukan elevasi +1,000 m kita menggunakan
autolevel, sedangkan untuk menentukan as kita bisa menggunakan theodolite atau
Total Station.
2. Tentukan
kemiringan pelat tangga dengan menarik trap lainnya yang berhubungan
Kita juga harus menentukan
kemiringan pelat tangga agar sesuai dengan gambar rencana. Karena dalam
pekerjaan lapangan tidak mungkin diukur dengan metode sudut, maka satu-satunya
cara adalah dengan menariknya dari trap yang mengacu terhadap kolom lainnya.
3. Pastikan
elevasi pelat sudah benar
Pelat lantai yang terbuat dari
triplek memiliki jarak dengan top floor tangga
dimana di dalamnya dipisahkan dengan besi. Kita harus memastikan bahwa besi
tersebut masuk ke dalam beton secara sempurna, atau dengan kata lain kita harus
memastikan tinggi lantai itu harus sudah sesuai. Tinggi lantai bisa
bermacam-macam tergantung rencana, namun biasanya dipilih setinggi 12 cm. Untuk
memastikannya kita harus ukur elevasi trap yang dijadikan acuan itu ke
permukaan pelat (triplek). Jika tidak sesuai, maka triplek tersebut harus
dinaikkan atau diturunkan.
4. Ambil
salah satu trap yang berkaitan dengan kolom tersebut untuk dijadikan acuan
Setelah pelat sudah dipasang, ambil
trap itu sebagai acuan. Selanjutnya kita dapat “melukis” gambar masing-masing
anak tangga pada bekisting yang sudah dipasang di masing-masing sisi tangga. Untuk
acuan jarak, kita harus berpedoman pada as yang sudah kita marking pada kolom yang dijadikan pedoman dalam trap awal yang
diambil. Misalkan sebuah kolom menopang sebuah bordes dengan panjang 4,000 m, dimana jarak trap pertama dalam posisi naik dari as tersebut
adalah 1,500 m, maka kita tinggal menaikkan as tersebut ke atas kolom, lalu
kita tarik ke arah yang dimaksud sejauh 1,500 m. Dari sana kita bisa meneruskan
ke trap berikutnya dengan memperhatikan tinggi dan panjang masing-masing anak
tangga.
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here