Pages

Wednesday, November 27, 2013

Prinsip Dasar Pemarkingan Tangga dalam Survey Struktur Bangunan

Share on :

Melakukan pe-marking­-an tangga dalam struktur bangunan bisa dikatakan gampang-gampang susah. Kita bisa sebut mudah karena ketika sudah berpegang pada elevasi dan as yang benar maka kita tinggal menentukan trap awal sesuai jarak dan elevasi pada gambar rencana untuk kemudian dijadikan acuan pada trap-trap berikutnya –termasuk bordes. Tidak terlalu mudah karena kita harus melakukannya dengan sangat teliti, sehingga tangga yang dihasilkan sesuai antara elevasi trap pertama dengan trap akhir.
Secara prinsip berikut metode yang harus dilakukan dalam pe-marking-an tangga bangunan.
1.      Tentukan elevasi acuan dan as pada kolom
Jika kolom sudah selesai dicor, kita harus melakukan pe-marking­-an as dan elevasi tertentu (biasanya +1,000 m) untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Salah satu fungsi dari as dan elevasi +1,000 m itu adalah untuk dijadikan acuan dalam menentukan trap tangga. Caranya, tarik elevasi trap tangga sesuai dengan gambar rencana. Misalkan elevasi trap yang dimaksud adalah +2,61 m, maka kita harus menarik elevasi tersebut setinggi 1,61 m dari elevasi +1,000 m. Sekedar informasi, untuk menentukan elevasi +1,000 m kita menggunakan autolevel, sedangkan untuk menentukan as kita bisa menggunakan theodolite atau Total Station.
 2.     Tentukan kemiringan pelat tangga dengan menarik trap lainnya yang berhubungan
Kita juga harus menentukan kemiringan pelat tangga agar sesuai dengan gambar rencana. Karena dalam pekerjaan lapangan tidak mungkin diukur dengan metode sudut, maka satu-satunya cara adalah dengan menariknya dari trap yang mengacu terhadap kolom lainnya.
3.      Pastikan elevasi pelat sudah benar
Pelat lantai yang terbuat dari triplek memiliki jarak dengan top floor tangga dimana di dalamnya dipisahkan dengan besi. Kita harus memastikan bahwa besi tersebut masuk ke dalam beton secara sempurna, atau dengan kata lain kita harus memastikan tinggi lantai itu harus sudah sesuai. Tinggi lantai bisa bermacam-macam tergantung rencana, namun biasanya dipilih setinggi 12 cm. Untuk memastikannya kita harus ukur elevasi trap yang dijadikan acuan itu ke permukaan pelat (triplek). Jika tidak sesuai, maka triplek tersebut harus dinaikkan atau diturunkan.
4.      Ambil salah satu trap yang berkaitan dengan kolom tersebut untuk dijadikan acuan
Setelah pelat sudah dipasang, ambil trap itu sebagai acuan. Selanjutnya kita dapat “melukis” gambar masing-masing anak tangga pada bekisting yang sudah dipasang di masing-masing sisi tangga. Untuk acuan jarak, kita harus berpedoman pada as yang sudah kita marking pada kolom yang dijadikan pedoman dalam trap awal yang diambil. Misalkan sebuah kolom menopang sebuah bordes dengan panjang 4,000 m, dimana jarak trap pertama dalam posisi naik dari as tersebut adalah 1,500 m, maka kita tinggal menaikkan as tersebut ke atas kolom, lalu kita tarik ke arah yang dimaksud sejauh 1,500 m. Dari sana kita bisa meneruskan ke trap berikutnya dengan memperhatikan tinggi dan panjang masing-masing anak tangga.
Untuk lebih memahami penjelasan di atas sekaligus mengimajinasikannya, silahkan lihat simulasi gambar rencana tangga di bawah ini. 

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here