Ajang yang diadakan setiap tahunnya oleh para pakar geospasial di Indonesia ini pada tahun 2013 diselenggarakan di STPN Yogyakarta. Seperti biasanya, banyak instansi dan universitas yang mengirimkan utusannya untuk menghadiri, selain para peserta yang berasal dari kalangan umum –seperti saya. Perusahaan-perusahaan yang bergelut di bidang pemetaaan dan geospasial juga tak luput untuk menancapkan eksistensinya dengan menjadi sponsor kegiatan dan membuka ‘lapak’ di event tersebut, seperti PT Kesuma, EDP Media, PT Asaba, atau PT Datascript. Konsultan-konsultan pemetaan juga tidak mau ketinggalan promosi dengan mencantumkan nama perusahaannya di spanduk acara, seperti yang dilakukan PT Aerovisi Utama, PT Karvak Nusa Geomatika, atau PT Exsa Internasional.
Lagu ‘Indonesia Raya’ mengawali
berjalannya acara hari itu, yang kemudian disusul oleh sambutan-sambutan
sekaligus pembukaan. Acara inti berupa seminar nasional yang diisi oleh lima
orang pembicara, yaitu Ir. Edwin Hendrayana (Kepala Pusat Pemetaan Rupa Bumi
dan Toponimi BIG), Dr. Djurjani (Ketua Jurusan Teknik Geodesi – Geomatika UGM),
Drs. H. Roli Irawan, SH, MM (Kakanwil BPN Provinsi Jawa Barat), Arie Yuriwin,
SH, M.Si (Kakanwil BPN Provinsi DIY), dan Dr. Sentot Sudirman, M.S. (Kepala
Pusat Penjaminan Mutu Internal STPN).
Lepas dari break ishoma, acara dilanjutkan dengan sidang paralel yang diadakan
di enam ruang berbeda. Setiap ruangan diklasifikasikan berdasarkan tema paper
yang dimasukkan oleh para pemakalah. Ruang sidang I berisi paper mengenai ‘Bidang
Geodesi dan Survey Hidrografi’, ruang sidang II mengenai ‘Bidang Kadaster A
(Hukum dan Administrasi)’, ruang sidang III mengenai ‘Bidang Kadaster B (Nilai
Tanah, Konsolidasi dan SDM)’, ruang sidang IV mengenai ‘Bidang Remote Sensing
dan SIG’, ruang sidang V mengenai ‘Bidang Instrumentasi Survey dan Pemetaan’,
dan ruang sidang VI mengenai ‘Surveying, Batas Wilayah dan Kebencanaan’. Saya
sendiri masuk ke ruang sidang V mengenai ‘Bidang Instrumentasi Survey dan
Pemetaan’ karena makalah tim saya
dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Dari 13 makalah yang dimasukkan dalam
kategori tersebut, delapan makalah dipresentasikan, yang dibagi menjadi dua
sesi dimana masing-masing sesi dipresentasikan oleh empat orang.
Sesi Presentasi Makalah
FIT ISI sesungguhnya merupakan sarana
ideal bagi para pemuda di bidang geospasial untuk mengambil ilmu
sebanyak-banyaknya dari para ahli yang sudah berpengalaman. Di sini
instansi-instansi yang bergerak di bidang pemetaan hampir pasti mengirimkan perwakilannya
untuk hadir, dan sudah pasti banyak dari mereka yang membagi ilmunya baik
melalui makalah maupun menyampaikannya secara lisan dalam bentuk presentasi. Inilah
ajang yang memungkinkan surveyor-surveyor muda yang kemampuannya belum seberapa
bisa berada satu forum dengan para profesor kawakan yang sudah melanglang
buana, mempelajari berbagai macam ilmu dari sudut-sudut negara di benua Australia,
Eropa atau Amerika. Bukankah ini kesempatan luar biasa yang belum tentu bisa
kita dapatkan setiap saat?
Memang tidak semua ahli-ahli yang namanya
sering kita temukan di buku atau jurnal bisa selalu hadir setiap tahunnya yang
mungkin terhalang oleh kesibukan atau posisi mereka yang sedang tidak berada di
Indonesia. Namun mereka yang datang ke sini juga bukan orang sembarangan,
mereka yang mempresentasikan pengetahuannya dalam seminar nasional sudah pasti
merupakan pejabat penting yang ilmunya sudah sangat luar biasa. Lantas,
layakkah kita menyia-nyiakan kesempatan untuk berada di dekat mereka meskipun
untuk sekedar menonton?
FIT ISI juga membuka kesempatan kepada
surveyor muda yang keilmuannya masih 'pas-pasan' untuk membuat tulisannya berada
satu prosiding dengan para pakar yang publikasinya sudah masuk level
internasional. Mungkin bukan sesuatu yang luar biasa, tapi ini bisa menjadi
awalan yang baik untuk membiasakan tulisan kita masuk ke dalam publikasi
nasional. Bukankah ini menjadi modal yang sangat penting ketika kita nantinya
ingin menjadi peneliti atau akademisi, atau mungkin sekedar ingin menjadi
penulis buku di bidang geospasial? Nah, masihkah kita tetap melewatkan
kesempatan yang besar ini, padahal kita tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk merealisasikan itu semua?
Ke depan, saya pribadi berharap FIT ISI
selanjutnya juga banyak dihadiri oleh anak-anak muda seperti mahasiswa S1,
mahasiswa pasca sarjana, atau profesional muda yang bekerja di bidang
geospasial, karena dalam event terakhir SDM seperti itu masih tampak sedikit –meski
kebanyakan disebabkan waktu acara yang berbarengan dengan UTS di beberapa
kampus. Mari menanamkan mindset bahwa
ilmu harus dikejar, meski terpisah ratusan kilometer atau terpatok dengan harga
tertentu. ISI adalah komunitas kita, komunitas geospasial terbesar di Indonesia,
jadi sebenarnya kita harus mengenyahkan perasaan enggan untuk bergabung
dengannya. Mari bergabung dengan para profesional yang sudah membuktikan banyak
hal untuk belajar banyak darinya, karena kita anak muda yang masih membutuhkan
banyak ilmu :)
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here