Pages

Monday, November 30, 2015

Belajar Menulis Paper untuk Mahasiswa Geodesi-Geomatika

Share on :
Sumber gambar: http://www.uc.utoronto.ca/writing-centre

Menulis. Sebuah aktivitas yang sebenarnya tidak pernah menjadi sesuatu yang sulit, namun nampak berat untuk dimulai. Paling tidak, itulah yang sering dikatakan oleh orang yang memiliki jutaan ide di kepalanya, namun tak kunjung menuangkannya dalam sebuah guratan pena. Meski sederhana, justru sebenarnya itulah pembeda antara “penulis” dan yang bukan. Parameternya bukanlah mana yang pemikirannya lebih kaya, namun mana yang lebih banyak membentuk pemikirannya itu dalam sebuah kalimat-kalimat yang akan dimengerti oleh banyak orang.
Begitu pula soal karya tulis ilmiah atau sejenisnya. Banyak orang yang memiliki kecerdasan dan kreativitas dalam bidangnya, namun enggan untuk menuliskannya meski sekedar untuk berbagi pengalaman. Ini sungguh disayangkan, karena tulisan tentunya menjadi salah satu sumber tersebarnya ilmu pengetahuan, yang sedikit banyak pasti akan berpengaruh terhadap perkembangan dan penyebarluasan ilmu terkait. Apalagi di dunia spasial, dimana referensi terutama yang berbahasa Indonesia masih lebih sedikit dibandingkan dengan bidang-bidang keteknikan dan sains yang lain.
Menulis sebenarnya boleh dikatakan “wajib” untuk mereka yang berpendidikan, karena itu menjadi salah satu “tanggung jawab moral” untuk menyebarkan ilmu yang ia punya. Meski bukan dalam bentuk jurnal penelitian, paling tidak kita bisa menceritakan apa saja yang kita punya, bahkan hal yang sangat sederhana sekalipun. Tak terkecuali mahasiswa, belajar menulis sedari dini tentu akan menjadi bekal yang baik untuk masa yang akan datang.
Ketika kembali ke pertanyaan “mesti mulai dari mana?”, tulisan ini akan sedikit memberikan “tips” mengenai cara belajar menulis secara mudah dan sederhana untuk mahasiswa Geodesi dan Geomatika. Menulis di sini adalah menulis ilmiah atau semi-ilmiah yang masih berhubungan dengan bidang geospasial tentunya. Langsung saja, inilah beberapa tips agar mahasiswa Geodesi-Geomatika dapat belajar menulis dengan mudah.
1.      Gunakan data-data praktikum sebagai bahan
Data-data praktikum sebenarnya adalah sesuatu yang berharga karena tidak didapatkan dengan mudah, apalagi oleh mahasiswa yang baru memahami alat-alat survei dan software pemetaan. Ketika data itu dianalisis kemudian didapatkan kesimpulan, dan selanjutnya dituangkan dalam laporan, sebenarnya itu dapat menjadi salah satu bahan tulisan. Caranya, cukup hasil dan analisis dari data tersebut yang sudah dibukukan dalam laporan diubah formatnya menjadi semacam paper yang memuat latar belakang, metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan. Hanya sebuah paper yang sederhana, tulisannya pun tak perlu terlalu berbeda dengan laporan praktikum tadi. Ini cukup untuk menjadi dasar dalam membuat karya tulis ilmiah yang lebih besar nantinya.
2.      Berlatih membuat “alasan” yang lebih besar dibandingkan belajar
Maksud “alasan” di sini adalah latar belakang. Pikirkan motivasi yang lebih besar ketika melakukan praktikum itu, lebih dari sekedar belajar menggunakan alat survei atau software pemetaan. Misalnya, ketika praktikum pemetaan digital menggunakan Total Station, pikirkan latar belakang untuk memetakan kampus secara up to date, atau ketika praktikum penginderaan jauh, pikirkan latar belakang untuk melakukan koreksi geometrik citra SPOT kota Semarang. Hal ini akan melatih kita untuk menemukan masalah dengan lebih jeli dan mendetail, sekaligus berusaha menemukan solusinya tentunya.
3.      Kaitkan dengan referensi, bisa buku, jurnal, atau prosiding
Ketika data-data praktikum sudah didapatkan dan latar belakang sudah mulai disusun, selanjutnya belajarlah untuk mencari referensi yang terkait dengan mata kuliah praktikum terkait. Misalkan ketika praktikum GPS, baca referensi-referensi tentang GPS. Referensi itu bisa dari buku, prosiding seminar, atau jurnal. Buku membantu kita untuk memahami teori dasar dari spesifikasi ilmu tersebut, sedangkan prosiding dan jurnal dapat menjadi acuan untuk menemukan penelitian terkini tentang ilmu tersebut. Setelah itu, buatlah korelasi sederhana antara hasil analisis praktikum dengan teori dan penelitian yang sudah ada. Tak perlu sempurna tentunya, yang penting bisa untuk belajar dan membuka wawasan.
4.      Sempatkan ikut seminar
Seminar di sini luas artinya, dapat berupa seminar “beneran” (nasional atau internasional) atau seminar skripsi/Tugas Akhir senior kita di kampus. Seminar “beneran” akan membuka wawasan kita dari sisi global, terutama implementasi bidang ilmu kita di dunia profesional. Lain halnya dengan seminar skripsi, ini akan membantu kita untuk belajar mengenai penelitian dari sisi orang yang tidak jauh dari kita, yaitu mahasiswa. Bedanya, mahasiswa yang melakukan seminar skripsi adalah mahasiswa yang sudah cukup umur, SKS, dan nilai pastinya. Kita dapat belajar dari sana untuk menemukan ide-ide tulisan maupun penelitian dan mendapatkan banyak masukan pengetahuan dari diskusi-diskusi pejuang skripsi itu dengan dosen. Mulai dari sini, harapannya tentu akan banyak ide-ide yang berkembang.

Tidak terlalu susah, kan? Hanya semacam melangkah satu tapak lebih banyak dari mahasiswa kebanyakan, dan kita akan mendapatkan banyak pembelajaran di sana. Tertarik mencobanya? :)

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here