Sumber gambar: http://www.uc.utoronto.ca/writing-centre
Menulis.
Sebuah aktivitas yang sebenarnya tidak pernah menjadi sesuatu yang sulit, namun
nampak berat untuk dimulai. Paling tidak, itulah yang sering dikatakan oleh
orang yang memiliki jutaan ide di kepalanya, namun tak kunjung menuangkannya
dalam sebuah guratan pena. Meski sederhana, justru sebenarnya itulah pembeda
antara “penulis” dan yang bukan. Parameternya bukanlah mana yang pemikirannya
lebih kaya, namun mana yang lebih banyak membentuk pemikirannya itu dalam
sebuah kalimat-kalimat yang akan dimengerti oleh banyak orang.
Begitu pula
soal karya tulis ilmiah atau sejenisnya. Banyak orang yang memiliki kecerdasan
dan kreativitas dalam bidangnya, namun enggan untuk menuliskannya meski sekedar
untuk berbagi pengalaman. Ini sungguh disayangkan, karena tulisan tentunya
menjadi salah satu sumber tersebarnya ilmu pengetahuan, yang sedikit banyak
pasti akan berpengaruh terhadap perkembangan dan penyebarluasan ilmu terkait. Apalagi
di dunia spasial, dimana referensi terutama yang berbahasa Indonesia masih
lebih sedikit dibandingkan dengan bidang-bidang keteknikan dan sains yang lain.
Menulis
sebenarnya boleh dikatakan “wajib” untuk mereka yang berpendidikan, karena itu
menjadi salah satu “tanggung jawab moral” untuk menyebarkan ilmu yang ia punya.
Meski bukan dalam bentuk jurnal penelitian, paling tidak kita bisa menceritakan
apa saja yang kita punya, bahkan hal yang sangat sederhana sekalipun. Tak
terkecuali mahasiswa, belajar menulis sedari dini tentu akan menjadi bekal yang
baik untuk masa yang akan datang.
Ketika
kembali ke pertanyaan “mesti mulai dari
mana?”, tulisan ini akan sedikit memberikan “tips” mengenai cara belajar
menulis secara mudah dan sederhana untuk mahasiswa Geodesi dan Geomatika. Menulis
di sini adalah menulis ilmiah atau semi-ilmiah yang masih berhubungan dengan
bidang geospasial tentunya. Langsung saja, inilah beberapa tips agar mahasiswa
Geodesi-Geomatika dapat belajar menulis dengan mudah.
1.
Gunakan
data-data praktikum sebagai bahan
Data-data
praktikum sebenarnya adalah sesuatu yang berharga karena tidak didapatkan
dengan mudah, apalagi oleh mahasiswa yang baru memahami alat-alat survei dan software pemetaan. Ketika data itu
dianalisis kemudian didapatkan kesimpulan, dan selanjutnya dituangkan dalam
laporan, sebenarnya itu dapat menjadi salah satu bahan tulisan. Caranya, cukup
hasil dan analisis dari data tersebut yang sudah dibukukan dalam laporan diubah
formatnya menjadi semacam paper yang memuat latar belakang, metode, hasil dan
pembahasan, serta kesimpulan. Hanya sebuah paper yang sederhana, tulisannya pun
tak perlu terlalu berbeda dengan laporan praktikum tadi. Ini cukup untuk
menjadi dasar dalam membuat karya tulis ilmiah yang lebih besar nantinya.
2.
Berlatih
membuat “alasan” yang lebih besar dibandingkan belajar
Maksud
“alasan” di sini adalah latar belakang. Pikirkan motivasi yang lebih besar
ketika melakukan praktikum itu, lebih dari sekedar belajar menggunakan alat
survei atau software pemetaan. Misalnya,
ketika praktikum pemetaan digital menggunakan Total Station, pikirkan latar
belakang untuk memetakan kampus secara up
to date, atau ketika praktikum penginderaan jauh, pikirkan latar belakang
untuk melakukan koreksi geometrik citra SPOT kota Semarang. Hal ini akan
melatih kita untuk menemukan masalah dengan lebih jeli dan mendetail, sekaligus
berusaha menemukan solusinya tentunya.
3.
Kaitkan
dengan referensi, bisa buku, jurnal, atau prosiding
Ketika
data-data praktikum sudah didapatkan dan latar belakang sudah mulai disusun,
selanjutnya belajarlah untuk mencari referensi yang terkait dengan mata kuliah
praktikum terkait. Misalkan ketika praktikum GPS, baca referensi-referensi
tentang GPS. Referensi itu bisa dari buku, prosiding seminar, atau jurnal. Buku
membantu kita untuk memahami teori dasar dari spesifikasi ilmu tersebut,
sedangkan prosiding dan jurnal dapat menjadi acuan untuk menemukan penelitian
terkini tentang ilmu tersebut. Setelah itu, buatlah korelasi sederhana antara
hasil analisis praktikum dengan teori dan penelitian yang sudah ada. Tak perlu
sempurna tentunya, yang penting bisa untuk belajar dan membuka wawasan.
4.
Sempatkan
ikut seminar
Seminar
di sini luas artinya, dapat berupa seminar “beneran”
(nasional atau internasional) atau seminar skripsi/Tugas Akhir senior kita di
kampus. Seminar “beneran” akan
membuka wawasan kita dari sisi global, terutama implementasi bidang ilmu kita
di dunia profesional. Lain halnya dengan seminar skripsi, ini akan membantu
kita untuk belajar mengenai penelitian dari sisi orang yang tidak jauh dari
kita, yaitu mahasiswa. Bedanya, mahasiswa yang melakukan seminar skripsi adalah
mahasiswa yang sudah cukup umur, SKS, dan nilai pastinya. Kita dapat belajar
dari sana untuk menemukan ide-ide tulisan maupun penelitian dan mendapatkan
banyak masukan pengetahuan dari diskusi-diskusi pejuang skripsi itu dengan
dosen. Mulai dari sini, harapannya tentu akan banyak ide-ide yang berkembang.
Tidak
terlalu susah, kan? Hanya semacam melangkah satu tapak lebih banyak dari
mahasiswa kebanyakan, dan kita akan mendapatkan banyak pembelajaran di sana. Tertarik
mencobanya? :)
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here