Pages

Wednesday, November 18, 2015

Berbicara Spasial Secara Sederhana

Share on :
Sumber gambar: http://insightdemand.com

Bagi kebanyakan orang, spasial adalah ilmu yang sangat sulit dijangkau. Berbicara spasial seperti berbicara bahasa dewa yang sangat sulit dimengerti. Padahal, jika saja para pelaku spasial mau sedikit saja menurunkan “tingkat keilmiahan” bahasa mereka agar mampu menjangkau pemikiran publik secara umum, berbicara spasial itu bisa menjadi sangat sederhana karena spasial begitu dekat dengan kita. Bagaimana tidak, objek spasial yang utama adalah permukaan bumi, sedangkan kita hidup di atas permukaan bumi. Semua orang memiliki lokasi dan posisi, dan akan sangat tergantung padanya. Ditambah lagi, perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan peta digital yang menjadi sarana dalam mendefinisikan posisi menjadi nampak akrab dengan masyarakat saat ini, lengkap dengan fitur analisis spasialnya. Mau tahu buktinya? Berikut adalah contoh-contoh sederhana begitu dekatnya spasial dengan kehidupan kita.

1.      Share location, dong”
Sumber gambar: http://thenewswise.com
Teknologi share location di WhatsApp sudah begitu familiar di masyarakat. Banyak orang menggunakannya untuk memberitahu dimana lokasinya pada saat itu. Ditambah dengan sistem navigasi yang ada di dalamnya, menjadikan seseorang akan mampu menjangkau kita dengan mudah saat kita melakukan share location kepada orang itu. Share location pada dasarnya adalah spasial, karena aspek utama dalam spasial adalah posisi. Jika kita sudah terbiasa membagikan lokasi kita kepada orang lain, mungkin sudah seharusnya kita paham bahwa itu adalah spasial yang diimplementasikan dalam teknologi.
2.      “Coba cari jalan ke tempat itu pake Google Map”
Google Map memberikan posisi suatu tempat beserta nama tempatnya (toponimnya) berdasarkan data-data masukan yang diberikan langsung oleh pengguna. Intinya, data-data yang ada dalam Google Map itu adalah data-data yang dikumpulkan langsung dari masyarakat yang sudah mengunjungi tempat itu. Inilah yang menjadikan kita begitu mudah menemukan tempat-tempat populer di Google Map. Ditambah perangkat navigasi dengan sistem mencari rute terpendek berdasarkan jalan yang ada di peta itu, kita bisa menggunakannya sebagai pemandu arah. Sebenarnya, navigasi yang sering kita gunakan itu adalah analisis spasial yang dalam bahasa teknisnya disebut network analyst. Analisis tersebut dilakukan dengan memilih jarak segmen jalan terpendek dari titik satu ke titik lainnya. Lihat, spasial begitu dekat dengan kita, bukan? Bahkan hingga analisisnya.
3.      “Naik Go-Jek aja”
Sumber gambar: https://plus.google.com
Go-Jek sedang naik daun saat ini. Ia menawarkan sebuah sistem transportasi yang bisa dikatakan cerdas. Aplikasi ojek online ini juga menggunakan Google Map sebagai peta yang digunakan sebagai media untuk menentukan posisi pengguna, driver, dan lokasi tujuan yang diinginkan pengguna. Sebenarnya, Go-Jek menggunakan dasar spasial dalam penerapannya, yaitu menentukan posisi pengguna, mencari driver dengan radius (buffer) tertentu dari pengguna, hingga akhirnya melakukan kalkukasi harga tarif berdasarkan hitungan jarak yang dilakukan pada Google Map. Satu lagi bukti bahwa spasial itu begitu dekat dengan kita.
4.      “Pesawat Air Asia diperkirakan jatuh pada lokasi koordinat 03d 22' 46" LS dan 108d 50' 07" BT"
Ketika ada pesawat jatuh, informasi yang paling ditonjolkan biasanya adalah lokasi perkiraan jatuhnya pesawat. Selain didefinisikan dengan koordinat, media kebanyakan memvisualisasikan dengan peta yang dilengkapi dengan titik perkiraan jatuhnya pesawat. Lagi-lagi peta dan posisi, apalagi ditambahkan dengan koordinat. Itu spasial!
5.      “Berikut adalah beberapa lokasi titik api di Kalimantan pada citra satelit”
Sumber gambar: http://bandung.bisnis.com
Lokasi titik api pada hutan gambut dapat dicari menggunakan citra satelit MODIS. Proses pengolahannya hingga didapatkan lokasi titik api mungkin hanya dapat dilakukan oleh para ahli penginderaan jauh, namun ketika sudah menjadi informasi titik api, semua orang akan paham maksudnya, bahwa intinya lokasi titik-titik tersebut adalah lokasi yang sangat berpotensi sebagai sumber kebakaran. Itu adalah aplikasi ilmu penginderaan jauh yang sangat dibutuhkan, bukan? Sekali lagi, itu spasial.
6.      “Kamu lagi dimana?”
Jika dari tadi kita hanya berbicara soal teknologi, kali ini kita bisa mulai dari hal yang sangat sederhana. Anggap saja kita berbicara dengan seseorang di telepon, lalu kita bertanya “kamu lagi di mana?”. Sebenarnya, detik itu kita sedang berbicara spasial, karena sekali lagi, spasial berkaitan dengan penentuan posisi di atas permukaan bumi. Jawaban dari pertanyaan itu bisa berupa nama tempat (atau daerah misalnya), menggambarkan lingkungan sekitar kita (misalnya ‘sebelum toko A kalau dari arah B), atau cara lain yang dapat membuat orang lain mengerti di mana kita berada. Jelas sekali, itu spasial! Dengan cara yang sangat sederhana.
7.      “Ketinggian gunung Semeru adalah 3.676 mdpl”
Spasial bukan hanya soal posisi horizontal, namun juga vertikal. Semua tempat di dunia ini memiliki ketinggian yang diukur berdasarkan acuan tertentu. Biasanya yang menjadi dasar dalam penentuan ketinggian adalah muka laut rata-rata, sehingga bahasa yang biasa kita dengar saat ini adalah mdpl (meter-di atas permukaan laut). Ini juga bagian dari spasial, karena elevasi adalah bagian tak terpisahkan dari dunia geospasial.

Nah, dengan contoh-contoh itu (walaupun pastinya masih banyak contoh yang lain), sebenarnya tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa spasial adalah ilmu yang tidak terjangkau oleh masyarakat. Spasial bukan milik kalangan tertentu, ia adalah milik publik yang manfaatnya sungguh begitu dekat dengan kita. Saat kita berdiri, dimanapun, kita akan mempunyai posisi sekaligus ketinggian terhadap tempat tertentu. Saat kita bergerak, kita akan menghasilkan sudut dan jarak dari suatu posisi, dimana sudut dan jarak itu adalah bagian penting dalam spasial. Jika sudah demikian, masih pantaskah kita berkata bahwa spasial adalah “ilmu dewa”? :)

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here