Sumber gambar: http://insightdemand.com
Bagi kebanyakan
orang, spasial adalah ilmu yang sangat sulit dijangkau. Berbicara spasial
seperti berbicara bahasa dewa yang sangat sulit dimengerti. Padahal, jika saja
para pelaku spasial mau sedikit saja menurunkan “tingkat keilmiahan” bahasa
mereka agar mampu menjangkau pemikiran publik secara umum, berbicara spasial
itu bisa menjadi sangat sederhana karena spasial begitu dekat dengan kita. Bagaimana
tidak, objek spasial yang utama adalah permukaan bumi, sedangkan kita hidup di
atas permukaan bumi. Semua orang memiliki lokasi dan posisi, dan akan sangat
tergantung padanya. Ditambah lagi, perkembangan ilmu dan teknologi menjadikan
peta digital yang menjadi sarana dalam mendefinisikan posisi menjadi nampak
akrab dengan masyarakat saat ini, lengkap dengan fitur analisis spasialnya. Mau
tahu buktinya? Berikut adalah contoh-contoh sederhana begitu dekatnya spasial
dengan kehidupan kita.
1.
“Share location, dong”
Sumber gambar: http://thenewswise.com
Teknologi share location di WhatsApp sudah begitu
familiar di masyarakat. Banyak orang menggunakannya untuk memberitahu dimana
lokasinya pada saat itu. Ditambah dengan sistem navigasi yang ada di dalamnya,
menjadikan seseorang akan mampu menjangkau kita dengan mudah saat kita
melakukan share location kepada orang
itu. Share location pada dasarnya
adalah spasial, karena aspek utama dalam spasial adalah posisi. Jika kita sudah
terbiasa membagikan lokasi kita kepada orang lain, mungkin sudah seharusnya kita
paham bahwa itu adalah spasial yang diimplementasikan dalam teknologi.
2.
“Coba cari jalan
ke tempat itu pake Google Map”
Google Map memberikan
posisi suatu tempat beserta nama tempatnya (toponimnya) berdasarkan data-data
masukan yang diberikan langsung oleh pengguna. Intinya, data-data yang ada
dalam Google Map itu adalah data-data yang dikumpulkan langsung dari masyarakat
yang sudah mengunjungi tempat itu. Inilah yang menjadikan kita begitu mudah
menemukan tempat-tempat populer di Google Map. Ditambah perangkat navigasi
dengan sistem mencari rute terpendek berdasarkan jalan yang ada di peta itu, kita
bisa menggunakannya sebagai pemandu arah. Sebenarnya, navigasi yang sering kita
gunakan itu adalah analisis spasial yang dalam bahasa teknisnya disebut network analyst. Analisis tersebut
dilakukan dengan memilih jarak segmen jalan terpendek dari titik satu ke titik
lainnya. Lihat, spasial begitu dekat dengan kita, bukan? Bahkan hingga
analisisnya.
3.
“Naik Go-Jek
aja”
Sumber gambar: https://plus.google.com
Go-Jek
sedang naik daun saat ini. Ia menawarkan sebuah sistem transportasi yang bisa
dikatakan cerdas. Aplikasi ojek online ini juga menggunakan Google Map sebagai
peta yang digunakan sebagai media untuk menentukan posisi pengguna, driver, dan lokasi tujuan yang
diinginkan pengguna. Sebenarnya, Go-Jek menggunakan dasar spasial dalam
penerapannya, yaitu menentukan posisi pengguna, mencari driver dengan radius (buffer)
tertentu dari pengguna, hingga akhirnya melakukan kalkukasi harga tarif
berdasarkan hitungan jarak yang dilakukan pada Google Map. Satu lagi bukti bahwa spasial itu begitu dekat dengan kita.
4.
“Pesawat Air
Asia diperkirakan jatuh pada lokasi koordinat 03d 22' 46" LS dan 108d 50' 07" BT"
Ketika ada
pesawat jatuh, informasi yang paling ditonjolkan biasanya adalah lokasi perkiraan jatuhnya
pesawat. Selain didefinisikan dengan koordinat, media kebanyakan memvisualisasikan
dengan peta yang dilengkapi dengan titik perkiraan jatuhnya pesawat. Lagi-lagi
peta dan posisi, apalagi ditambahkan dengan koordinat. Itu spasial!
5.
“Berikut adalah beberapa
lokasi titik api di Kalimantan pada citra satelit”
Sumber gambar: http://bandung.bisnis.com
Lokasi
titik api pada hutan gambut dapat dicari menggunakan citra satelit MODIS. Proses
pengolahannya hingga didapatkan lokasi titik api mungkin hanya dapat dilakukan
oleh para ahli penginderaan jauh, namun ketika sudah menjadi informasi titik
api, semua orang akan paham maksudnya, bahwa intinya lokasi titik-titik
tersebut adalah lokasi yang sangat berpotensi sebagai sumber kebakaran. Itu
adalah aplikasi ilmu penginderaan jauh yang sangat dibutuhkan, bukan? Sekali
lagi, itu spasial.
6.
“Kamu lagi
dimana?”
Jika dari
tadi kita hanya berbicara soal teknologi, kali ini kita bisa mulai dari hal
yang sangat sederhana. Anggap saja kita berbicara dengan seseorang di telepon,
lalu kita bertanya “kamu lagi di mana?”.
Sebenarnya, detik itu kita sedang berbicara spasial, karena sekali lagi,
spasial berkaitan dengan penentuan posisi di atas permukaan bumi. Jawaban dari
pertanyaan itu bisa berupa nama tempat (atau daerah misalnya), menggambarkan
lingkungan sekitar kita (misalnya ‘sebelum toko A kalau dari arah B), atau cara
lain yang dapat membuat orang lain mengerti di mana kita berada. Jelas sekali,
itu spasial! Dengan cara yang sangat sederhana.
7.
“Ketinggian
gunung Semeru adalah 3.676 mdpl”
Spasial
bukan hanya soal posisi horizontal, namun juga vertikal. Semua tempat di dunia
ini memiliki ketinggian yang diukur berdasarkan acuan tertentu. Biasanya yang
menjadi dasar dalam penentuan ketinggian adalah muka laut rata-rata, sehingga bahasa
yang biasa kita dengar saat ini adalah mdpl (meter-di atas permukaan laut). Ini
juga bagian dari spasial, karena elevasi adalah bagian tak terpisahkan dari
dunia geospasial.
Nah, dengan
contoh-contoh itu (walaupun pastinya masih banyak contoh yang lain), sebenarnya
tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa spasial adalah ilmu yang tidak
terjangkau oleh masyarakat. Spasial bukan milik kalangan tertentu, ia adalah milik
publik yang manfaatnya sungguh begitu dekat dengan kita. Saat kita berdiri,
dimanapun, kita akan mempunyai posisi sekaligus
ketinggian terhadap tempat tertentu. Saat kita bergerak, kita akan menghasilkan
sudut dan jarak dari suatu posisi, dimana sudut dan jarak itu adalah bagian
penting dalam spasial. Jika sudah demikian, masih pantaskah kita berkata bahwa
spasial adalah “ilmu dewa”? :)
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here