Pages

Friday, September 19, 2014

Menulis Ilmiah, Mudah tapi Tak Mudah

Share on :


Menulis. Sebuah kegiatan yang mudah, tapi susah. Mudah, bahkan anak SD sudah tahu bagaimana caranya menulis. Susah? Inilah sebuah parameter yang relatif. Kata ‘susah’ di sini lebih sering dikaitkan dengan bagaimana menulis sebuah rangkaian kalimat yang baik. Sebuah struktur kalimat yang memiliki kekuatan makna yang dalam dan dipadukan dengan nilai estetika kalimat yang indah, sehingga menjadi sebuah kolaborasi cantik yang menghasilkan pengaruh yang luar biasa.
Ini adalah konteks menulis untuk orang dewasa, atau lebih spesifik lagi pada tataran kaum terpelajar. Bukan mengesampingkan mereka yang tidak punya latar belakang pendidikan mentereng, namun memang kualitas sebuah tulisan sangat tergantung dari bobot pemikiran mereka yang menciptakan tulisan tersebut. Pengetahuan mendalam akan apa yang dituangkan menjadi komponen fundamental dalam menghasilkan sebuah rangkaian kalimat yang bisa mempunyai dampak yang hebat dalam sebuah komunitas sosial.
Tentu saja saya bukan seorang penulis hebat, bahkan tak layak disebut penulis. Untuk itulah, di sini saya berusaha berbagi, bahwa menulis itu memang tidaklah mudah. Pertanyaan pertama yang muncul dari sebuah usaha dalam menulis adalah ‘apa yang mau saya tulis?’. Untuk itulah, hal utama yang seharusnya dipunyai seorang penulis justru adalah ‘indera keenam’, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak mampu dilihat orang lain menjadi sesuatu yang unik dan layak untuk dibahas. Barulah setelah itu kita bermain di tataran struktur, bagaimana menciptakan sebuah kalimat-kalimat yang benar dan menarik.
Kini kita persempit lagi, bagaimana menulis untuk level tulisan ilmiah? Skripsi, jurnal, paper, thesis, atau apapun yang berkaitan dengan sains? Sebenarnya kembali pada paragraf di atas, bahwa menulis ilmiah tidak harus menghasilkan karya dengan level doktor apalagi profesor. Menulis ilmiah hanya mensyaratkan berkutat dengan spesifikasi bidang tertentu, masalah bobot atau kedalaman materi itu soal lain. Bahkan untuk hal yang ‘sepele’ (meskipun sebenarnya tidak ada tulisan yang berhak dikatakan sepele) asal bisa menjadi sebuah tulisan yang utuh, berarti kita sudah melakukan satu syarat dalam menulis: menyelesaikan tulisan itu sendiri. Karena tulisan yang baik adalah tulisan yang dimulai, dan tulisan yang sempurna adalah tulisan yang selesai.
Lalu, bagaimana caranya? Ketika sudah bergelut dengan tulisan ilmiah, sudah pasti mereka yang terlibat adalah kalangan terpelajar. Entah itu dari komunitas mahasiswa, profesional, atau akademisi. Maka jika satu dari tiga status itu sudah kita sandang, cara termudah untuk menulis ilmiah adalah menulis apa yang sudah kita lakukan dan dapatkan. Jika masih mahasiswa bisa mengambil tugas kuliah, jika dari akademisi bisa mengambil hasil penelitian, jika dari profesional bisa mengambil hasil pekerjaan yang sudah dilakukan. Semuanya seperti menceritakan kembali kegiatan kita, hanya bentuknya saja yang berbeda, yaitu tulisan. Semudah itu, meski tentu saja untuk melakukannya butuh proses yang panjang. Karena bermain bola yang hanya cukup dengan menendang saja butuh pembiasaan, seperti itu pula menulis yang ‘hanya’ mengayunkan jemari di atas keyboard.
Ya, semudah itu, tapi tak semudah itu. Yang pasti, ketika menulis itu sebagai hobi, kita bukan berpikir tentang mudah atau sulit, melainkan tak lebih dari sebuah kegiatan yang wajar untuk dilakukan sebagai bagian dalam hidup.

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here