Ketika mahasiswa baru memasuki sebuah
fase kehidupan bernama dunia perkuliahan, ada beberapa penyesuaian yang harus
dilakukan terkait perbedaan signifikan dengan dunia SMA. Salah satunya adalah
manajemen dan kemandirian untuk mengatur dirinya sendiri dalam membagi segala
kegiatan yang bersifat akademis dan organisasi –bagi yang berminat. Dunia
akademis untuk jurusan-jurusan teknik bahkan diklasifikasikan menjadi dua sifat
(menurut saya pribadi), yaitu dunia kuliah itu sendiri yang berupa pembelajaran
di kelas dan bersifat teoritis, serta pelatihan bersifat praktek dan terapan
yang diimplementasikan dalam praktikum.
Geodesi dan jurusan-jurusan dengan latar
belakang geospasial tak jauh berbeda. Kuliah sudah pasti, praktikum baik di
lapangan maupun di laboratorium sudah jadi santapan dari awal kuliah hingga
menjelang Tugas Akhir. Organisasi? Di kampus saya sendiri (tanpa mengurangi rasa
hormat kepada fakultas-fakultas lain), organisasi di fakultas teknik termasuk
yang paling terstruktur dan tentu saja terbesar karena ada belasan jurusan di
sana. Di sinilah pentingnya manajemen waktu, karena ketiganya dilakukan secara
parsial, namun memberikan manfaat secara komprehensif kepada mahasiswa yang mau
melakukannya dengan sungguh-sungguh sebagai bekal pembelajaran ke depan.
Benar saja, pembelajaran saya katakan. Karena
dalam dunia kerja, ketiganya (atau minimal dua dari tiga hal tersebut) harus
dapat diterapkan secara bersamaan dan beriringan. Organisasi sudah pasti,
karena bekerja di manapun sudah tentu membutuhkan kerja sama tim. Yang
memungkinkan untuk tidak kita alami adalah penerapan ilmu yang didapatkan dari
kuliah dan praktikum, karena itu baru bisa terjadi jika kita bekerja di bidang
yang sesuai dengan latar belakang pendidikan kita. Namun ketika Anda bekerja di
Badan Informasi Geospasial, ketiganya melebur menjadi satu.
Jika Anda adalah orang yang tidak
belajar sungguh-sungguh saat kuliah namun dapat menembus seleksi ke BIG, bisa
jadi Anda akan menyesalkan beberapa hal. Sudah pasti, karena semua pekerjaan
yang ada di sini nyaris semuanya sudah diajarkan empat tahun sebelum kita
merengkuh gelar sarjana. Itu dari segi teori, dari segi praktikum tak jauh
berbeda, karena dunia kerja adalah dunia yang aplikatif, semuanya bersifat
produk yang menghasilkan. Apalah artinya bergelimang ilmu pengetahuan namun tak
mampu menerapkannya dalam sebuah produk atau minimal metode yang riil? Keduanya harus bersifat kombinasi,
ilmu pengetahuan sebagai landasan dan dasar dalam pengembangan, sedangkan
teknis pekerjaan sebagai aplikasi dan penerapannya. Karena teori tanpa praktek
adalah omong kosong, sedangkan praktek tanpa teori adalah sesat.
Organisasi? Tentu saja, tak jauh berbeda
dengan apa yang saya deskripsikan di atas tentang pentingnya kemampuan
berorganisasi dalam dunia kerja. Apalagi di instansi pemerintah pusat seperti
BIG, yang tentunya harus berkoordinasi dengan banyak pihak, mulai dari kementerian yang mengkoordinirnya (seperti RISTEK pada periode sebelumnya), instansi-instansi lain yang 'setara', pemerintah daerah, perguruan tinggi, hingga perusahaan-perusahaan swasta.
Karena itulah, mempelajari ketiganya
sedari awal kuliah adalah sebuah kebijakan yang tepat. Memang tidak ada kata
terlambat untuk belajar, bahkan setelah kita berada di dunia kerja sekalipun. Namun
memang alangkah baiknya jika semuanya sudah dipersiapkan sejak awal, sehingga
waktu yang dipersiapkan untuk pengembangan diri bisa dimanfaatkan untuk
kemajuan yang jauh lebih signifikan. Untuk yang masih menempuh bangku kuliah
atau bahkan baru memulainya, semuanya bisa dikondisikan dengan baik agar
berjalan sesuai rencana. Sedangkan yang sudah ‘merasa terlambat’ –seperti saya
misalnya, bisa dengan me-review kembali
apa saja yang tidak kita lakukan pada masa lalu yang sedikit banyak menghambat
kemajuan diri kita, lalu memperbaikinya setahap demi setahap. Selalu belajar, tanpa lelah, demi perkembangan diri yang
lebih baik. :)
untuk jurusan geografi misalnya KP di BIG biasanya di bagian apa?
ReplyDelete