Pages

Saturday, February 8, 2014

Orientasi CPNS BIG 2013: Negeri Ini Masih Punya Harapan!

Share on :

Mungkin kau masih menutup mata. Atau membuka mata hanya pada hal-hal yang tidak kau inginkan. Memang, banyak yang tidak mencintai negeri ini, mereka yang lebih berpikir bagaimana membahagiakan dirinya sendiri dengan menyengsarakan hidup rakyat yang sudah memberinya banyak hal. Memberi secara tak langsung tentu saja, atau lebih sederhananya dapat kau sebut ‘amanah’. Negeri ini telah kehilangan mereka yang mencintainya, sang idealis yang berpikir bagaimana Merah Putih dapat berkibar di mata masyarakat dunia.
Terlalu besar kau bilang? Jika perjuangan terhadap Indonesia hanya kau kerucutkan pada peran Habibie dalam memajukan dunia kedirgantaraan negeri, langkah inovatif Anies Baswedan dalam mengembangkan pendidikan bangsa ini melalui ‘Indonesia Mengajar’, atau aksi Evan Dimas yang menjebol gawang Korea Selatan tiga kali yang pada akhirnya membuat Indonesia berhak berlaga di Piala Asia U-19, sudah pasti kau tak akan pernah memulai apa-apa. Tapi jika kau berpikir secara lebih sederhana, sungguh, berbuat untuk Indonesia bisa dilakukan dengan cara sekecil apapun.
Kau tak perlu mengeluhkan ini dan itu. Kau tak perlu pula berkomentar apapun terhadap susunan pemerintah yang ada sekarang. Memang, kau tak dapat mengatakan mereka bagus, tapi tentunya kau tak dapat mengeneralisasikan semuanya buruk. Pastinya ada segelintir abdi negara yang benar-benar mencintai negerinya, tulus melakukan tugasnya atas dasar pengabdian kepada tanah tempat ia dilahirkan. Tentu saja bukan berarti kita tak dapat mengkritisi mereka yang memang bersalah, bukan itu, melainkan ada baiknya kita lebih memusatkan perhatian kita kepada diri kita sendiri.
Dimana kau dilahirkan?
Dimana kau dibesarkan?
Apa peranmu untuk tanah yang sudah kau injak hingga nafas terakhirmu hari ini?
Kareumbi mengajarkan banyak hal. Teriakan ‘Indonesia’ yang dilontarkan berkali-kali sudah pasti melebur dalam sebuah spontanitas, paling tidak hingga pelatihan berakhir. Kami, anak-anak muda yang memang ingin menjadi bagian dalam pembangunan negeri ini melalui penyelenggaraan informasi geospasial yang tertata sempurna, seperti tersentil ketika menggenggam Sang Merah Putih raksasa dalam dada kami. Ia adalah negeri yang telah kami tinggali, negeri yang akan selalu menjadi tempat kembali ke manapun perantauan kami. Sungguh, seburuk-buruknya pengkhianatan ketika kami yang diberi penghasilan oleh rakyat, menyakiti mereka dengan membelokkan apa yang seharusnya kami lakukan untuk mereka. Sebuah kejahatan yang sangat keji ketika amanah yang ada disalahgunakan hanya untuk kemakmuran diri dan sebagian golongan. Sebuah dosa yang tak terampuni ketika segala kebaikan ini, yang semuanya dari rakyat Indonesia, tidak menjadikan kami terlecut untuk berkontribusi sedikit saja demi bangsa ini. 
Bendera itu lama mendekap di dada ini. Semuanya menggenggam, semuanya merasakan getaran yang dihasilkan di tengah-tengah alam yang menyaksikan. Ras, agama, atau apapun yang kau katakan sebagai perbedaan, tertutupi dengan dua warna yang kita kelilingi, merah dan putih. Dua warna itulah yang meleburkan berbagai ‘warna’ lain yang sebenarnya lebih bersifat keindahan hidup dibandingkan sebuah hal yang layak untuk diperdebatkan. Kami disini bersatu, menjawab panggilan negara untuk melakukan sesuatu demi Indonesia tercinta. Kami ada untuk itu! Dan ketika ada yang mengatakan idealisme untuk setia terhadap Merah Putih hanya sekedar isapan jempol belaka, katakanlah bahwa kau bukan bagian dari mereka. Bahwa kau akan menjadi bagian dari kemajuan negeri ini, besar atau kecil.
Dan terakhir, katakanlah: Negeri ini masih punya harapan. Negeri ini masih punya kami!

NB: Tulisan ini tidak berkata kepada siapapun kecuali penulisnya sendiri.

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here