Pages

Sunday, September 15, 2013

Jadi Surveyor Terlalu Lama, Idealkah?

Share on :

Surveyor sudah terlalu identik dengan Geodesi, atau mungkin sebaliknya, Geodesi sudah terlalu melekat dengan profesi surveyor. Biasanya setiap lulusan Geodesi akan mengincar pekerjaan ini, karena memang surveyor lebih sering menghasilkan banyak uang dibandingkan dengan profesi lainnya –meskipun tidak selalu, biasanya di tambang. Terutama bagi pria, menjadi surveyor adalah sebuah kebanggaan bahwa menjadi “orang lapangan” adalah suatu kegiatan yang menantang.
Saya pun merasakannya. Meski cita-cita saya hanya ada dua opsi yaitu peneliti atau akademisi, saya tak ingin melewatkan masa muda saya hanya dengan duduk di depan komputer sambil mengutak-atik software. Saya ingin dalam hitungan bulan atau sedikit tahun bisa merasakan nikmatnya berjuang dengan alat-alat survey, merasakan terik matahari yang menyengat, dan merasakan tantangan menerapkan sesuatu dengan kemampuan mengontrol data-data di lapangan. Namun setelah beberapa bulan merasakannya sendiri, saya sempat bertanya dalam hati, apakah pekerjaan surveyor itu ideal jika dilakukan terus-menerus?
Ini opini pribadi, tentu saja tidak semua setuju, beberapa bahkan bisa saja menentangnya. Karena jawaban yang saya berikan adalah “tidak”. Surveyor itu pekerjaan yang berat, tidak hanya mementingkan kecerdasan otak dalam memahami desain sebuah gambar rencana, namun juga kekuatan fisik dalam kaitannya bertahan dengan kelelahan atau terik mentari yang menyengat. Secara pribadi saya mengatakan surveyor adalah pekerjaan yang sangat ideal di waktu muda. Tidak hanya memberikan pendidikan aplikatif terutama dalam memahami lapangan yang pada akhirnya menjadikan surveyor itu mengerti benar mengenai penerapan keilmuan yang dijalaninya, tapi lebih dari itu, surveyor dapat mendidik mental untuk lebih menjadi orang yang bertanggung jawab, mampu menghadapi tekanan, dan bisa bekerja dengan ketelitian tingkat tinggi. Di sini contoh yang akan saya berikan adalah pekerjaan survey di bidang konstruksi –karena memang itulah yang saya tahu secara pasti.
Survey dalam dunia konstruksi adalah menerapkan gambar rencana ke lapangan dengan ketelitian setinggi mungkin. Toleransi yang diperbolehkan dalam aplikasi survey di dunia konstruksi –terutama dalam pembuatan gedung– biasanya sangat kecil. Mau tidak mau itu menuntut surveyor untuk memahami benar gambar rencana yang sudah dibuat, dan pada akhirnya membuat ia menjadi seorang pribadi yang teliti dan prosedural dalam bekerja. Ini juga secara otomatis membuat mereka mampu menjadi pribadi yang bertanggung jawab, karena kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal dan berpotensi menciptakan kesalahan yang merembet. Di samping itu, surveyor juga dituntut mampu bekerja dalam tekanan, karena mereka lah yang menentukan segala bentuk posisi dan elevasi item-item yang ada pada struktur. Nah, item-item itu tentunya tidak bisa dipasang jika tidak ada marking dari survey. Ini tentunya menuntut kecepatan dari surveyor untuk bekerja dengan baik dan benar, yang pada akhirnya membuat mereka memiliki mental pekerja keras.
Itulah mengapa dunia survey dapat mendidik kita untuk memiliki mental yang baik dalam bekerja. Kembali ke pertanyaan awal, tapi apakah ideal jika sampai umur 30 tahun misalnya, kita terus saja menjadi surveyor? Dari pandangan saya pribadi, jika kita sampai mengalaminya, berarti kita gagal dalam karir. Saya punya opini, jika kita mampu menguasai dunia survey dengan baik, maka paling tidak kita harus mampu menjadi minimal chief surveyor, yang memimpin para surveyor di lapangan, bukan terus-menerus menjadi surveyor sampai lebih dari 5 tahun. Tapi seharusnya lebih dari itu, dengan kemampuan membaca gambar sekaligus menerapkannya, seharusnya bekal menjadi surveyor itu bisa membuat kita memiliki skill lebih untuk mengerti detail pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu, dengan kepemimpinan seharusnya surveyor mampu meraih lebih dari sekedar memegang alat-alat pemetaan, yaitu memimpin semua aspek yang ada di lapangan untuk koordinasi pekerjaan dengan baik.
Sekali lagi, ini hanyalah opini pribadi saya, sebuah hak bagi pembaca untuk menyetujui atau menentangnya habis-habisan. Tapi tentu saja tulisan ini bukan untuk didebat, karena pilihan hidup ada di masing-masing individu, ingin jadi apa nantinya. Dan ini bukan tulisan yang mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan jabatan lebih, karena seperti yang saya utarakan di atas, muara kehidupan saya nantinya Insya Allah adalah menjadi peneliti geospasial atau akademisi di kampus saya sendiri. Dan seperti yang saya utarakan di atas, dunia survey yang saya geluti sekarang tak lebih dari sekedar sarana untuk mencari pengalaman dan membentuk mental-mental seperti yang disebutkan di atas, bukan untuk dijadikan karir dalam jangka panjang. It’s my life, what is yours? :)      

4 comments:

Please write your comment here