Pages

Thursday, June 27, 2013

Dasar-dasar Survey Terestris dalam Konstruksi Struktur

Share on :

Survey merupakan salah satu bidang dalam ilmu Geodesi yang seringkali menjadi dasar dalam kurikulum perkuliahan. Dimulai dari Ilmu Ukur Tanah yang mempelajari dasar-dasar pengukuran elevasi dan posisi, dilanjutkan dengan pemetaan digital lebih canggih (sekaligus praktis) menggunakan Total Station, dan pada akhirnya ditutup dengan konsep satelit menggunakan GPS. Semua terintegrasi dalam sebuah koneksi akademis yang pada akhirnya mampu memberikan konsep pemetaan terestris secara komprehensif kepada para calon surveyor.
Survey dapat digunakan dalam beberapa aplikasi, dimana konstruksi menjadi salah satunya. Pengukuran yang akurat sangat menentukan dimensi, ketelitian, ke-“simetris”-an, dan posisi bangunan sesuai gambar rencana. Itulah mengapa surveyor memegang peranan penting, bahkan vital, dalam menentukan struktur konstruksi.
Dalam konstruksi gedung, ketelitian menjadi lebih penting dibandingkan dengan pengukuran jalan. Konsep posisi dan elevasi menjadi point utama dalam menentukan struktur sebuah bangunan. Alat ukur yang digunakan meliputi Total Station, teodolit, dan waterpas (autolevel). Ada beberapa dasar utama dalam survey pengukuran konstruksi bangunan, dimana dapat dijelaskan dalam point-point sebagai berikut:
1.    Pemetaan Situasi
Pemetaan situasi (detail) menjadi tahap awal dalam pembangunan sebuah gedung atau bangunan. Pemetaan situasi ini berfungsi sebagai gambaran rencana awal medan yang akan dikerjakan dalam proyek. Pada pemetaan itu kita harus terlebih dahulu mengikatkan ke bench mark terdekat dari lokasi proyek, dan dilansir ke area di sekitar proyek untuk memudahkan dalam mengikat koordinat-koordinat yang diperlukan.
2.    Posisi Planimetris (Koordinat X,Y)
Posisi merupakan gambaran horizontal dari titik-titik yang ada dalam rencana. Satuannya sudah pasti dalam bentuk koordinat, baik UTM (Universal Transverse Mercator) berupa koordinat yang diukur dari bench mark tertentu maupun koordinat lokal yang merujuk pada titik tertentu di dekat lokasi proyek sebagai titik (0,0). Koordinat ini pada akhirnya digunakan dalam stake out titik-titik tertentu dari komponen bangunan seperti titik pancang, batas perubahan elevasi galian dan timbunan tanah, dan untuk membuat patok-patok yang menjadi as dari pile cap, tie beam, dan kolom. Sekedar tambahan, untuk menentukan as dari pile cap, tie beam, dan kolom kita harus berpedoman pada patok “pinjaman” tertentu yang pada akhirnya di sini digunakan konsep sudut menggunakan teodolit (teori ini akan dijelaskan di artikel berikutnya dalam blog ini).
3.    Elevasi
Jika pada point kedua kita membahas posisi planimetris (X,Y) pada point terakhir ini kita akan membahas elevasi yang biasa direpresentasikan dalam notasi Z. Elevasi atau ketinggian juga sangat penting dalam konstruksi bangunan karena menjadi dasar dalam menentukan eleavasi + 0,000 lantai yang menjadi patokan dalam menentukan elevasi-elevasi yang lain seperti elevasi bottom dan top pile cap, bottom dan top tie beam, cut and fill, top stack pancang, top cutter pancang, dll. Elevasi + 0,000 lantai sendiri ditentukan terhadap elevasi kawasan (elevasi yang diukur dari Mean Sea Level). Di sini penggunaan waterpass (autolevel) menjadi dasar utama.
Tulisan ini hanyalah dasar teknik survey dalam dunia konstruksi bangunan yang dijabarkan secara komprehensif. Teknik-teknik yang lebih aplikatif tentunya memerlukan ruang tulis yang lebih besar dan tidak akan mampu dijelaskan dalam satu artikel blog. Sehingga saya sampaikan di sini bahwa artikel ini hanyalah sebagai pembuka dari artikel-artikel selanjutnya mengenai survey konstruksi.

4 comments:

  1. pak danang ada manual book TS nikon DTM 362 kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. pak danang sy mau pengadaan citra quickbird 1000 ha u/ irigasi gimana caranya ? sy dikasi no email bpk

      Delete
    2. bisa. silahkan email saya ke danang.geodet@gmail.com :)

      Delete

Please write your comment here