Survey merupakan salah satu bidang dalam
ilmu Geodesi yang seringkali menjadi dasar dalam kurikulum perkuliahan. Dimulai
dari Ilmu Ukur Tanah yang mempelajari dasar-dasar pengukuran elevasi dan
posisi, dilanjutkan dengan pemetaan digital lebih canggih (sekaligus praktis)
menggunakan Total Station, dan pada akhirnya ditutup dengan konsep satelit
menggunakan GPS. Semua terintegrasi dalam sebuah koneksi akademis yang pada
akhirnya mampu memberikan konsep pemetaan terestris secara komprehensif kepada
para calon surveyor.
Survey dapat digunakan dalam beberapa
aplikasi, dimana konstruksi menjadi salah satunya. Pengukuran yang akurat sangat
menentukan dimensi, ketelitian, ke-“simetris”-an, dan posisi bangunan sesuai
gambar rencana. Itulah mengapa surveyor memegang peranan penting, bahkan vital,
dalam menentukan struktur konstruksi.
Dalam konstruksi gedung, ketelitian
menjadi lebih penting dibandingkan dengan pengukuran jalan. Konsep posisi dan
elevasi menjadi point utama dalam menentukan struktur sebuah bangunan. Alat
ukur yang digunakan meliputi Total Station, teodolit, dan waterpas (autolevel). Ada
beberapa dasar utama dalam survey pengukuran konstruksi bangunan, dimana dapat
dijelaskan dalam point-point sebagai berikut:
1. Pemetaan
Situasi
Pemetaan
situasi (detail) menjadi tahap awal dalam pembangunan sebuah gedung atau
bangunan. Pemetaan situasi ini berfungsi sebagai gambaran rencana awal medan
yang akan dikerjakan dalam proyek. Pada pemetaan itu kita harus terlebih dahulu
mengikatkan ke bench mark terdekat
dari lokasi proyek, dan dilansir ke area di sekitar proyek untuk memudahkan
dalam mengikat koordinat-koordinat yang diperlukan.
2. Posisi
Planimetris (Koordinat X,Y)
Posisi
merupakan gambaran horizontal dari titik-titik yang ada dalam rencana. Satuannya
sudah pasti dalam bentuk koordinat, baik UTM (Universal Transverse Mercator) berupa koordinat yang diukur dari bench mark tertentu maupun koordinat
lokal yang merujuk pada titik tertentu di dekat lokasi proyek sebagai titik (0,0).
Koordinat ini pada akhirnya digunakan dalam stake
out titik-titik tertentu dari komponen bangunan seperti titik pancang, batas perubahan elevasi galian dan timbunan tanah, dan
untuk membuat patok-patok yang menjadi as dari pile cap, tie beam, dan
kolom. Sekedar tambahan, untuk menentukan as dari pile cap, tie beam, dan
kolom kita harus berpedoman pada patok “pinjaman” tertentu yang pada akhirnya
di sini digunakan konsep sudut menggunakan teodolit (teori ini akan dijelaskan
di artikel berikutnya dalam blog ini).
3. Elevasi
Jika
pada point kedua kita membahas posisi planimetris (X,Y) pada point terakhir ini
kita akan membahas elevasi yang biasa direpresentasikan dalam notasi Z. Elevasi
atau ketinggian juga sangat penting dalam konstruksi bangunan karena menjadi
dasar dalam menentukan eleavasi + 0,000 lantai yang menjadi patokan dalam menentukan elevasi-elevasi yang lain seperti elevasi bottom dan
top pile cap, bottom dan top tie beam, cut and fill, top stack pancang, top cutter
pancang, dll. Elevasi + 0,000 lantai sendiri ditentukan terhadap elevasi kawasan (elevasi yang diukur dari Mean Sea Level). Di sini penggunaan
waterpass (autolevel) menjadi dasar utama.
Tulisan ini hanyalah dasar teknik survey
dalam dunia konstruksi bangunan yang dijabarkan secara komprehensif.
Teknik-teknik yang lebih aplikatif tentunya memerlukan ruang tulis yang lebih
besar dan tidak akan mampu dijelaskan dalam satu artikel blog. Sehingga saya
sampaikan di sini bahwa artikel ini hanyalah sebagai pembuka dari
artikel-artikel selanjutnya mengenai survey konstruksi.
pak danang ada manual book TS nikon DTM 362 kah?
ReplyDeletesaya punyanya yang DTM 322
Deletepak danang sy mau pengadaan citra quickbird 1000 ha u/ irigasi gimana caranya ? sy dikasi no email bpk
Deletebisa. silahkan email saya ke danang.geodet@gmail.com :)
Delete