Pages

Saturday, May 11, 2013

Surveying: Not Only Modelling, But Also Applying

Share on :

Survey terestris banyak diterapkan dalam bidang-bidang seperti konstruksi atau pertambangan. Selain untuk memetakan wilayah yang disurvei (atau lebih mudah kita sebut modelling, survey terestris juga dapat berupa mengaplikasikan gambar rencana ke dunia nyata. Di sini kita akan mengambil sampel konstruksi. Memang memodelkan lapangan itu memang perlu, tapi hanya di bagian depan proyek saja, yaitu untuk membuat peta detail (situasi) beserta konturnya untuk perencanaan awal. Selebihnya dari gambar-gambar yang sudah direncanakan oleh arsitek, seorang geodet harus mampu mengaplikasikannya dengan tepat ke lapangan.
Salah satu aplikasi utama yang harus dikuasai oleh geodet adalah stack out. Setelah kita membuat titik kontrol (bench mark atau BM) di sekitar lokasi proyek, kita harus menentukan posisi titik-titik pancang berdasarkan koordinat yang sudah ditetapkan dalam gambar rencana. Inilah peran Total Station, yaitu menyebarkan titik-titik pancang yang ada pada gambar ke lokasi sebenarnya di lapangan. Tentu saja ini bukan memodelkan dunia nyata ke peta, namun sebaliknya bukan?
Itu untuk masalah posisi planimetris (X, Y). Untuk bidang elevasi? Wah, tentu saja ini juga merupakan salah satu bagian penting dari seorang surveyor. Sudah barang tentu sebuah bangunan didesain pada ketinggian atau elevasi tertentu, dan itu harus akurat karena akan berpengaruh pada jumlah volume tanah yang diperlukan untuk galian atau timbunan. Untuk hal ini kemampuan levelling menggunakan waterpass lah yang harus diperlukan, karena sehebat-hebatnya Total Station atau theodolite, tetap saja untuk masalah elevasi waterpass adalah yang paling akurat. Jika biasanya kita mengukur ketinggian suatu titik dari referensi titik lain yang sudah diketahui elevasinya, maka kita juga dituntut mampu menentukan elevasi tertentu pada suatu titik. Hmm, bingung ya dengan kalimatnya? Intinya begini, misal kita telah menentukan elevasi nol lantai pada bangunan tersebut, misalnya 3 meter terhadap elevasi BM, maka kita harus menggambarnya di suatu lokasi sebagai acuan elevasi-elevasi yang lain (biasanya dalam bentuk segitiga elevasi dan digambarkan di tembok). Jika kita sudah diberikan desain elevasi bangunan (seperti elevasi lantai per bagian bangunan), kita bisa mengukurnya dengan mudah. Misalkan, ketinggian lantai suatu ruangan adalah 40 cm terhadap nol lantai, maka kita tinggal men-set waterpas agar sejajar dengan nol lantai dari gambar segitiga yang sudah kita buat di tembok, lalu kita tembakkan ke titik di ruangan tersebut dan ditarik 40 cm ke atas menggunakan meteran. It’s simple, isn’t it?
Ini hanyalah salah satu dari penerapan aplikasi survey –bukan modelling. Untuk penerapannya yang lebih detail, tunggu artikel berikutnya yang membahas khusus tentang survey dalam dunia konstruksi.

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here