Kenshin Himura. Seorang samurai
yang kehebatannya terkenal seantero negeri. Menjadi pembantai nomor satu
sebelum era Restorasi Meiji yang tidak terkalahkan. Kekuatannya sangat
disegani, bahkan setelah ia memutuskan untuk menggunakan sakabato dan bertekad tidak
akan membunuh lagi. Sebagai pewaris terakhir aliran Hitenmitsurugi yang sangat
melegenda, ia menjadi sasaran banyak pendekar. Bukan karena dendam, melainkan
karena membunuh seorang Battosai akan menjadi “prestasi” tersendiri dalam seni
mengayunkan pedang di zaman itu.
Mungkin tidak banyak yang mengenal
nama Seijuro Hiko. Berbeda dengan Kenshin, nama Hiko tidak terlalu familiar
terutama untuk mereka yang tidak terlalu menggemari anime Samurai-X. Padahal
dalam cerita yang mengisahkan kondisi Jepang ratusan tahun silam itu, Hiko
menjadi aktor penting di balik munculnya seorang Battosai Si Pembantai. Ya, Hiko
adalah guru seorang Kenshin Himura, yang peran terbesarnya adalah mengajarkan ogi
(senjata pamungkas) aliran Hitenmitsurugi kepada Kenshin, yaitu Amakakeru Ryuno
Hiremaki.
Tentu saja tulisan ini tidak membahas
seorang Kenshin atau teman-temannya –karena blog ini bukan berisi tentang anime
Jepang pastinya. Tapi tulisan itu adalah pembuka yang menjadi analogi bahwa
seorang yang hebat pasti mempunyai seorang guru. Hampir tidak ada orang yang
mendapatkan keahliannya tanpa diajarkan oleh orang lain yang sudah lebih dulu
menguasainya. Tak terkecuali Kenshin dan kita, itulah alasan keluarnya dua
pesan yang sering disampaikan kedua orang tua kita, yaitu “jangan sombong” dan “ajarkan
ilmu agar kita makin menguasainya”.
Saya sendiri merasa mempunyai banyak
guru, meskipun beberapa ada yang benar-benar berkesan dan saya anggap sebagai “Seijuro
Hiko” saya sendiri –tapi saya tidak sehebat Kenshin pastinya. Orang itu adalah
pembimbing saya ketika Kerja Praktek di LAPAN, dimana beliau mengajarkan saya
aplikasi mengenai Penginderaan Jauh lebih dari apa yang saya harapkan ketika
pertama kali datang ke sana. Mengenai apa alasan yang membuat apa yang beliau
ajarkan begitu berkesan adalah karena banyak sekali ilmu dari beliau yang saya
gunakan ketika pertama kalinya menginjakkan kaki di dunia kerja. Ya, di dunia
konsultan pemetaan yang bergerak –salah satunya– dalam jasa pengadaan dan
pengolahan citra, teori dan praktek mengenai pengolahan citra digital mutlak
diperlukan, dan itulah yang diberikan oleh –orang yang sudah saya anggap– sang
master Geodesi secara mendalam.
Di perusahaan yang baru lain lagi.
Bergerak di dunia proyek dengan aktivitas nyaris 100% di lapangan membutuhkan
kecerdasan yang lain dari apa yang sudah saya kerjakan sebelumnya. Di sini
bukan pemahaman teori yang diperlukan, melainkan kemampuan memecahkan masalah secara
cepat di lokasi untuk efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Chief survey saya yang mengajarkan itu semua, meski secara latar
belakang pendidikan kami tidak secara keseluruhan bergerak dalam satu garis
linear. Tak hanya pemahaman teknis, beliau juga mengajarkan mengenai sikap
menghadapi berbagai macam orang dengan tingkatan yang variatif agar semuanya
tetap bisa berjalan dengan selaras tanpa kehilangan wibawa sebagai orang
kontraktor. Belum lagi dengan berbagai macam kesempatan dan kepercayaan yang
membuat saya mantap dalam menjalani profesi ini. Mulai dari sanalah saya yakin
bahwa memasuki perusahaan ini akan jadi salah satu keputusan terbaik dalam hidup
saya.
Tentu saja banyak sekali guru yang
menghidupkan pemahaman saya mengenai bidang keilmuan ini dan membawa saya
hingga pada langkah kesekian di tempat ini. Dan tentu saja dosen-dosen saya
selama kuliah adalah yang utama, di samping beberapa guru lain dalam beberapa
pelatihan. Dalam beberapa kesempatan seringkali saya terheran-heran bahwa apa
yang mereka ajarkan itu sangat berirama dan terkoneksi dengan sangat baik, yang
pastinya baru kita sadari setelah kita mendapatkan seluruh ilmu yang mereka
ajarkan. Kepada Pak Bambang, Pak Andri, Pak Awal, Pak Arif, Pak BDY, Bu Hani’ah,
Pak Sabri, Pak Sawitri, dan seluruh dosen yang telah mengajarkan saya banyak
hal, ucapan terima kasih tak akan membalas apa yang sudah kalian berikan. Allah
yang akan mengganti berlipat-lipat dari apa yang sudah kalian keluarkan untuk
murid-murid kalian.
Tak ada yang lebih tepat dari
menggunakan apa yang sudah diberikan oleh guru-guru kita kecuali untuk kebaikan
dan senantiasa mengajarkan ilmu itu kepada orang lain yang membutuhkannya. Layaknya
aliran Hitenmitsurugi yang Kenshin ayunkan untuk melindungi orang lain, ilmu
pengetahuan yang kita terima dari para ahli itu pun sudah semestinya digunakan
untuk kepentingan umat manusia.
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here