Pages

Saturday, May 4, 2013

We Always Have Teacher

Share on :

Kenshin Himura. Seorang samurai yang kehebatannya terkenal seantero negeri. Menjadi pembantai nomor satu sebelum era Restorasi Meiji yang tidak terkalahkan. Kekuatannya sangat disegani, bahkan setelah ia memutuskan untuk menggunakan sakabato dan bertekad tidak akan membunuh lagi. Sebagai pewaris terakhir aliran Hitenmitsurugi yang sangat melegenda, ia menjadi sasaran banyak pendekar. Bukan karena dendam, melainkan karena membunuh seorang Battosai akan menjadi “prestasi” tersendiri dalam seni mengayunkan pedang di zaman itu.
Mungkin tidak banyak yang mengenal nama Seijuro Hiko. Berbeda dengan Kenshin, nama Hiko tidak terlalu familiar terutama untuk mereka yang tidak terlalu menggemari anime Samurai-X. Padahal dalam cerita yang mengisahkan kondisi Jepang ratusan tahun silam itu, Hiko menjadi aktor penting di balik munculnya seorang Battosai Si Pembantai. Ya, Hiko adalah guru seorang Kenshin Himura, yang peran terbesarnya adalah mengajarkan ogi (senjata pamungkas) aliran Hitenmitsurugi kepada Kenshin, yaitu Amakakeru Ryuno Hiremaki.
Tentu saja tulisan ini tidak membahas seorang Kenshin atau teman-temannya –karena blog ini bukan berisi tentang anime Jepang pastinya. Tapi tulisan itu adalah pembuka yang menjadi analogi bahwa seorang yang hebat pasti mempunyai seorang guru. Hampir tidak ada orang yang mendapatkan keahliannya tanpa diajarkan oleh orang lain yang sudah lebih dulu menguasainya. Tak terkecuali Kenshin dan kita, itulah alasan keluarnya dua pesan yang sering disampaikan kedua orang tua kita, yaitu “jangan sombong” dan “ajarkan ilmu agar kita makin menguasainya”.
Saya sendiri merasa mempunyai banyak guru, meskipun beberapa ada yang benar-benar berkesan dan saya anggap sebagai “Seijuro Hiko” saya sendiri –tapi saya tidak sehebat Kenshin pastinya. Orang itu adalah pembimbing saya ketika Kerja Praktek di LAPAN, dimana beliau mengajarkan saya aplikasi mengenai Penginderaan Jauh lebih dari apa yang saya harapkan ketika pertama kali datang ke sana. Mengenai apa alasan yang membuat apa yang beliau ajarkan begitu berkesan adalah karena banyak sekali ilmu dari beliau yang saya gunakan ketika pertama kalinya menginjakkan kaki di dunia kerja. Ya, di dunia konsultan pemetaan yang bergerak –salah satunya– dalam jasa pengadaan dan pengolahan citra, teori dan praktek mengenai pengolahan citra digital mutlak diperlukan, dan itulah yang diberikan oleh –orang yang sudah saya anggap– sang master Geodesi secara mendalam.
Di perusahaan yang baru lain lagi. Bergerak di dunia proyek dengan aktivitas nyaris 100% di lapangan membutuhkan kecerdasan yang lain dari apa yang sudah saya kerjakan sebelumnya. Di sini bukan pemahaman teori yang diperlukan, melainkan kemampuan memecahkan masalah secara cepat di lokasi untuk efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Chief survey saya yang mengajarkan itu semua, meski secara latar belakang pendidikan kami tidak secara keseluruhan bergerak dalam satu garis linear. Tak hanya pemahaman teknis, beliau juga mengajarkan mengenai sikap menghadapi berbagai macam orang dengan tingkatan yang variatif agar semuanya tetap bisa berjalan dengan selaras tanpa kehilangan wibawa sebagai orang kontraktor. Belum lagi dengan berbagai macam kesempatan dan kepercayaan yang membuat saya mantap dalam menjalani profesi ini. Mulai dari sanalah saya yakin bahwa memasuki perusahaan ini akan jadi salah satu keputusan terbaik dalam hidup saya.
Tentu saja banyak sekali guru yang menghidupkan pemahaman saya mengenai bidang keilmuan ini dan membawa saya hingga pada langkah kesekian di tempat ini. Dan tentu saja dosen-dosen saya selama kuliah adalah yang utama, di samping beberapa guru lain dalam beberapa pelatihan. Dalam beberapa kesempatan seringkali saya terheran-heran bahwa apa yang mereka ajarkan itu sangat berirama dan terkoneksi dengan sangat baik, yang pastinya baru kita sadari setelah kita mendapatkan seluruh ilmu yang mereka ajarkan. Kepada Pak Bambang, Pak Andri, Pak Awal, Pak Arif, Pak BDY, Bu Hani’ah, Pak Sabri, Pak Sawitri, dan seluruh dosen yang telah mengajarkan saya banyak hal, ucapan terima kasih tak akan membalas apa yang sudah kalian berikan. Allah yang akan mengganti berlipat-lipat dari apa yang sudah kalian keluarkan untuk murid-murid kalian.
Tak ada yang lebih tepat dari menggunakan apa yang sudah diberikan oleh guru-guru kita kecuali untuk kebaikan dan senantiasa mengajarkan ilmu itu kepada orang lain yang membutuhkannya. Layaknya aliran Hitenmitsurugi yang Kenshin ayunkan untuk melindungi orang lain, ilmu pengetahuan yang kita terima dari para ahli itu pun sudah semestinya digunakan untuk kepentingan umat manusia.  

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here