Sumber gambar: http://www.bls.gov/ooh/architecture-and-engineering/surveying-and-mapping-technicians.htm
Jika bicara
tentang profesi surveyor pemetaan, mungkin banyak orang awam yang belum terlalu
mengetahui pekerjaan ini. Jikapun sudah, mungkin hanya terbatas pada seseorang
yang keahliannya mengukur bidang tanah, karena memang itulah surveyor pemetaan
yang paling dekat dengan masyarakat. Padahal, jika mau ditelisik lebih dalam,
surveyor pemetaan adalah salah satu profesi yang cukup menjanjikan, dengan
ritme kerja yang –bisa dibilang– mengasyikkan.
Tulisan ini
memang berusaha membuka sedikit mengenai profesi ini. Mungkin akan lebih
bermanfaat ketika dibaca oleh mahasiswa baru Geodesi/Geografi, atau mereka yang
ingin masuk jurusan Geodesi/Geografi, atau mereka yang tidak sengaja membaca
sebuah artikel mengenai profesi-profesi yang bersaing dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), dimana surveyor pemetaan adalah salah satunya.
Dari
namanya saja sudah jelas, mereka yang menyebut dirinya sebagai surveyor
pemetaan adalah orang yang bekerja dalam membuat peta. Sebentar, dari sini saya
bisa membayangkan, Anda yang tidak mendalami ilmu geospasial pasti akan
mengernyitkan dahi, dan membatin: Bikin
peta aja ngapain pake profesi khusus sih? Emang buat apaan? Begini,
sebenarnya, peta itu tidak sesederhana gambar pulau-pulau di Indonesia yang
dipajang di kelas-kelas, atau denah (yang kerap disebut peta) desa yang
digambar secara sembarangan dan dipasang di kantor kelurahan. Tidak sesederhana
itu, peta yang baik adalah acuan utama dalam perencanaan pembangunan.
Misalkan,
terkait dengan Kebijakan Satu Peta yang tujuan utamanya adalah menghindari
tumpang tindih penggunaan lahan antar Kementerian/Lembaga, diperlukan peta
dasar skala menengah yang sudah terintegrasi dalam lingkup nasional dan siap
digunakan. Atau dalam pemetaan batas darat negara antara Indonesia dengan Malaysia,
juga diperlukan peta dasar skala 1:50.000 di kawasan perbatasan. Atau untuk
membuat peta desa, diperlukan citra satelit resolusi tinggi –sebagai data
dasar– yang sudah dikoreksi secara geometri, atau bahasa teknisnya
di-orthorektifikasi. Atau dalam perencanaan tata ruang, mulai dari Rencana Tata
Ruang Nasional, Pulau, Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga Rencana Detail Tata
Ruang, peta dasar dari skala kecil hingga skala besar sangat dibutuhkan. Belum
lagi ketika nanti kita bicara tentang persil-persil bangunan yang menuntut peta
dengan skala yang maksimal. Atau keperluan-keperluan lain yang bersifat tematik
seperti pembuatan peta mitigasi bencana atau pemetaan objek-objek tertentu yang
juga memerlukan peta dasar yang baik. Itu sederhananya, bagaimana pemetaan
sangat diperlukan dalam berbagai pembangunan nasional yang ada di Indonesia.
Pengukuran menggunakan GPS Geodetik
Sekarang
kembali ke profesi surveyor pemetaan, ngapain
aja mereka? Survei memang identik dengan lapangan, dan memang pemetaan
begitu lekat dengan pekerjaan lapangan. Dalam dunia Geodesi, survei ada
beberapa macam: mulai dengan satelit menggunakan GPS Geodetik, menggunakan
alat-alat terestris seperti Total Station, theodolite, atau waterpass levelling, atau sekedar
mengambil informasi lapangan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi seperti
GPS handheld. GPS Geodetik biasa
digunakan untuk survei yang membutuhkan ketelitian tinggi (hingga mencapai cm
atau mm), dan mencakup area yang relatif luas. Titik ikat yang digunakan bisa
berupa stasiun CORS atau titik Jaring Kontrol Geodesi (JKG) yang tersebar di
seluruh Indonesia. Metode terestrial seperti Total Station, theodolite, atau waterpass levelling juga biasa digunakan untuk pemetaan dengan ketelitian tinggi, namun untuk area yang tidak terlalu
luas dan medan yang juga tidak terlalu berat. Survei konstruksi juga
menggunakan metode ini, mulai dari stake
out yang diikatkan pada benchmark tertentu
hingga positioning bangunan baik secara
horizontal maupun vertikal. Untuk GPS handheld,
ketelitian yang didapatkan bisa mencapai satuan meter, namun efektif
digunakan untuk mengambil informasi di lapangan yang tidak menuntut ketelitian
tinggi dan membutuhkan waktu yang cepat, seperti nama rupabumi (toponim),
misalnya nama tempat, nama bangunan, nama unsur alam, dll. Juga ketika
dibutuhkan informasi navigasi yang berkaitan dengan tracking atau untuk menuju suatu lokasi atau koordinat tertentu.
Sebenarnya,
jika mau menjadi lebih lengkap, surveyor juga mesti melengkapi kemampuannya
dengan pengolahan data. Misalnya, jika bisa melakukan pengukuran dengan GPS
Geodetik, sebaiknya juga bisa melakukan post
processing-nya. Atau jika bisa melakukan survei dengan GPS handheld, akan lebih komplit jika bisa
melakukan manajemen basisdata GIS-nya. Atau jika bisa melakukan pengukuran
terestrial, akan lebih mantap jika mampu melakukan penggambaran hasilnya.
Survei toponim menggunakan GPS handheld
Terakhir,
satu yang pasti, produk utama dari profesi ini adalah peta. Peta yang layak
digunakan ketika nantinya ada kebijakan berkaitan dengan spasial yang harus
diambil. Peta yang dapat dipertanggungjawabkan ketika nantinya ada permasalahan
berkaitan dengan tata ruang dan penggunaan lahan. Peta yang dapat menjadi
pegangan, bahwa ini adalah bentuk kecil dari kenyataan yang ada di atas
permukaan bumi. Melalui peta inilah, penataan yang lebih baik di atas bumi
Indonesia dapat dilakukan. Semoga.
Mantabs kak danang...oh ya peluang kerja si profesi ini dimana saja kakak? Selain di instansi pemerintah seperti kak danang ini?
ReplyDeleteApakah cukup menjanjikan untuk bekerja di profesi surveyor pemetaan ini? Mengingat sewaktu kecil cita-cita saya menjadi dokter atau astronot...hehe.
Ada masukan atau gambarannya gak kak danang?
Terima Kasih
Sebelum dijawab, boleh tahu yg nanya ini siapa ya? Biar jawabannya pas, hehe
DeleteKak/pak Danang, bolehkah saya minta contact personnya? Saya butuh bimbingan mengenai bidang teknik geodesi UNDIP...
Deletesilahkan email dulu mas
Deletesilahkan email dulu mas
DeleteSaya sudah email.. maaf sebelumnya, saya juga sambil baca-baca geologi jadinya kebawa nya salah menulis di email pertama hehe
Delete
ReplyDeleteApa itu Geographic Calculator? Software Geodetik Global Mapper