Pages

Saturday, October 1, 2016

Profil Singkat Profesi Surveyor Pemetaan

Share on :
Sumber gambar: http://www.bls.gov/ooh/architecture-and-engineering/surveying-and-mapping-technicians.htm

Jika bicara tentang profesi surveyor pemetaan, mungkin banyak orang awam yang belum terlalu mengetahui pekerjaan ini. Jikapun sudah, mungkin hanya terbatas pada seseorang yang keahliannya mengukur bidang tanah, karena memang itulah surveyor pemetaan yang paling dekat dengan masyarakat. Padahal, jika mau ditelisik lebih dalam, surveyor pemetaan adalah salah satu profesi yang cukup menjanjikan, dengan ritme kerja yang –bisa dibilang– mengasyikkan.
Tulisan ini memang berusaha membuka sedikit mengenai profesi ini. Mungkin akan lebih bermanfaat ketika dibaca oleh mahasiswa baru Geodesi/Geografi, atau mereka yang ingin masuk jurusan Geodesi/Geografi, atau mereka yang tidak sengaja membaca sebuah artikel mengenai profesi-profesi yang bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dimana surveyor pemetaan adalah salah satunya.
Dari namanya saja sudah jelas, mereka yang menyebut dirinya sebagai surveyor pemetaan adalah orang yang bekerja dalam membuat peta. Sebentar, dari sini saya bisa membayangkan, Anda yang tidak mendalami ilmu geospasial pasti akan mengernyitkan dahi, dan membatin: Bikin peta aja ngapain pake profesi khusus sih? Emang buat apaan? Begini, sebenarnya, peta itu tidak sesederhana gambar pulau-pulau di Indonesia yang dipajang di kelas-kelas, atau denah (yang kerap disebut peta) desa yang digambar secara sembarangan dan dipasang di kantor kelurahan. Tidak sesederhana itu, peta yang baik adalah acuan utama dalam perencanaan pembangunan.
Misalkan, terkait dengan Kebijakan Satu Peta yang tujuan utamanya adalah menghindari tumpang tindih penggunaan lahan antar Kementerian/Lembaga, diperlukan peta dasar skala menengah yang sudah terintegrasi dalam lingkup nasional dan siap digunakan. Atau dalam pemetaan batas darat negara antara Indonesia dengan Malaysia, juga diperlukan peta dasar skala 1:50.000 di kawasan perbatasan. Atau untuk membuat peta desa, diperlukan citra satelit resolusi tinggi –sebagai data dasar– yang sudah dikoreksi secara geometri, atau bahasa teknisnya di-orthorektifikasi. Atau dalam perencanaan tata ruang, mulai dari Rencana Tata Ruang Nasional, Pulau, Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga Rencana Detail Tata Ruang, peta dasar dari skala kecil hingga skala besar sangat dibutuhkan. Belum lagi ketika nanti kita bicara tentang persil-persil bangunan yang menuntut peta dengan skala yang maksimal. Atau keperluan-keperluan lain yang bersifat tematik seperti pembuatan peta mitigasi bencana atau pemetaan objek-objek tertentu yang juga memerlukan peta dasar yang baik. Itu sederhananya, bagaimana pemetaan sangat diperlukan dalam berbagai pembangunan nasional yang ada di Indonesia.

Pengukuran menggunakan GPS Geodetik

Sekarang kembali ke profesi surveyor pemetaan, ngapain aja mereka? Survei memang identik dengan lapangan, dan memang pemetaan begitu lekat dengan pekerjaan lapangan. Dalam dunia Geodesi, survei ada beberapa macam: mulai dengan satelit menggunakan GPS Geodetik, menggunakan alat-alat terestris seperti Total Station, theodolite, atau waterpass levelling, atau sekedar mengambil informasi lapangan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi seperti GPS handheld. GPS Geodetik biasa digunakan untuk survei yang membutuhkan ketelitian tinggi (hingga mencapai cm atau mm), dan mencakup area yang relatif luas. Titik ikat yang digunakan bisa berupa stasiun CORS atau titik Jaring Kontrol Geodesi (JKG) yang tersebar di seluruh Indonesia. Metode terestrial seperti Total Station, theodolite, atau waterpass levelling juga biasa digunakan untuk pemetaan dengan ketelitian tinggi, namun untuk area yang tidak terlalu luas dan medan yang juga tidak terlalu berat. Survei konstruksi juga menggunakan metode ini, mulai dari stake out yang diikatkan pada benchmark tertentu hingga positioning bangunan baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk GPS handheld, ketelitian yang didapatkan bisa mencapai satuan meter, namun efektif digunakan untuk mengambil informasi di lapangan yang tidak menuntut ketelitian tinggi dan membutuhkan waktu yang cepat, seperti nama rupabumi (toponim), misalnya nama tempat, nama bangunan, nama unsur alam, dll. Juga ketika dibutuhkan informasi navigasi yang berkaitan dengan tracking atau untuk menuju suatu lokasi atau koordinat tertentu.

Survei terestris menggunakan Total Station

Sebenarnya, jika mau menjadi lebih lengkap, surveyor juga mesti melengkapi kemampuannya dengan pengolahan data. Misalnya, jika bisa melakukan pengukuran dengan GPS Geodetik, sebaiknya juga bisa melakukan post processing-nya. Atau jika bisa melakukan survei dengan GPS handheld, akan lebih komplit jika bisa melakukan manajemen basisdata GIS-nya. Atau jika bisa melakukan pengukuran terestrial, akan lebih mantap jika mampu melakukan penggambaran hasilnya.

Survei toponim menggunakan GPS handheld

Terakhir, satu yang pasti, produk utama dari profesi ini adalah peta. Peta yang layak digunakan ketika nantinya ada kebijakan berkaitan dengan spasial yang harus diambil. Peta yang dapat dipertanggungjawabkan ketika nantinya ada permasalahan berkaitan dengan tata ruang dan penggunaan lahan. Peta yang dapat menjadi pegangan, bahwa ini adalah bentuk kecil dari kenyataan yang ada di atas permukaan bumi. Melalui peta inilah, penataan yang lebih baik di atas bumi Indonesia dapat dilakukan. Semoga.

7 comments:

  1. Mantabs kak danang...oh ya peluang kerja si profesi ini dimana saja kakak? Selain di instansi pemerintah seperti kak danang ini?
    Apakah cukup menjanjikan untuk bekerja di profesi surveyor pemetaan ini? Mengingat sewaktu kecil cita-cita saya menjadi dokter atau astronot...hehe.

    Ada masukan atau gambarannya gak kak danang?
    Terima Kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebelum dijawab, boleh tahu yg nanya ini siapa ya? Biar jawabannya pas, hehe

      Delete
    2. Kak/pak Danang, bolehkah saya minta contact personnya? Saya butuh bimbingan mengenai bidang teknik geodesi UNDIP...

      Delete
    3. Saya sudah email.. maaf sebelumnya, saya juga sambil baca-baca geologi jadinya kebawa nya salah menulis di email pertama hehe

      Delete

Please write your comment here