Pages

Thursday, February 19, 2015

(Mungkin) Begini Sebaiknya Mahasiswa Geodesi Belajar

Share on :

Masuk jurusan Teknik Geodesi merupakan keberuntungan untuk sebagian orang, dan anugerah untuk sebagian yang lain. Prospek yang cerah dengan persaingan yang tidak terlalu ketat adalah sebuah jaminan masa depan yang minimal tidak akan suram (karena “cerah” itu relatif). Pilihan-pilihan pun terbuka untuk mereka yang suka dengan hal-hal akademis, bisnis, organisasi, atau sekedar “yang penting bisa dapat kerjaan”. Jika target utama adalah gaji yang menggiurkan, beberapa kawan saya sudah membuktikan bahwa bekerja di bidang keteknikan geodesi bisa mencapai taraf lebih dari sekedar makmur.
Meski menjadi sebuah keberuntungan atau anugerah, tidak sedikit (minimal ada) mahasiswa yang kurang menikmati kehidupannya di dunia kampus. Pada akhirnya beberapa kesempatan yang hanya bisa didapatkan di bangku kuliah menjadi terlewatkan begitu saja. Sebagian berdampak pada kehidupannya setelah lulus, misalnya jika ia bekerja di bidang geospasial ia kurang bisa beradaptasi dengan cepat, (masih) tidak menikmati lingkungan kerjanya, serta tidak tahu arah kemana dirinya harus berkembang. Sedangkan jika sudah kapok bergelut dengan dunia pemetaan, ia harus menemukan dunia baru yang tidak hanya dapat menghidupi dirinya dan keluarganya, tapi juga sebisa mungkin harus ia nikmati (karena bekerja tanpa passion mungkin sama menyakitkannya dengan menjadi zombie).
Untuk itu, menemukan cara belajar yang tepat saat menjadi mahasiswa adalah cara tepat untuk mengantisipasi disorientasi saat sudah lulus. Belajar di sini konteksnya adalah belajar segala hal, baik itu hardskill maupun softskill. Kondisi idealnya, ketika lulus ada satu spesifikasi di bidang geospasial (atau lebih spesifik lagi tempat kerja –atau kuliah lanjutan) yang akan kita tuju dengan bekal yang cukup –sehingga kita bisa dengan cepat beradaptasi. Berikut adalah beberapa tips untuk mahasiswa geodesi dalam memanfaatkan segala fasilitas dan peluang yang ada di kampus agar mendapatkan banyak bekal dalam mempersiapkan “hidup yang sebenarnya” pasca lulus. Ini murni dari pengalaman saya, sebagian beruntung sudah saya lakukan, sebagian lainnya adalah bentuk penyesalan karena dulu tak terpikirkan.
1.        Jangan segan ikut proyek
Kuliah adalah teori, bekerja adalah terapan. Kuliah membantu kita memahami semua dasar-dasar keilmuan geospasial, namun dalam prakteknya akan ada masalah-masalah yang tidak akan sempat dibahas oleh dosen di depan kelas. Mengikuti proyek-proyek pengukuran dan pemetaan membantu mahasiswa dalam mengembangkan mindset-nya di dunia kerja. Secara keterampilan pun kualitas mahasiswa itu juga akan meningkat, misalnya dalam penggunaan alat survei atau pengolahan data menggunakan software tertentu. Selain itu secara finansial ini juga akan menambah pundi-pundi mahasiswa yang seringkali kering di akhir bulan.

2.        Ikut organisasi
Buntutnya, manajemen waktu mahasiswa juga harus diatur sedemikian rupa agar kuliah dan organisasi bisa berjalan beriringan. Sungguh, pengalaman organisasi akan sangat membantu ketika kita berada di dunia kerja. Apalagi ketika kita berada di dunia pemerintahan yang secara teknis berkaitan dengan pemetaan, pengalaman organisasi yang ditunjang dengan pemahaman keilmuan yang baik akan menjadi sebuah kombinasi yang manis. Bukan apa-apa, dunia organisasi mahasiswa yang terkadang bersifat politis (meskipun saya tidak mengerti untuk apa mereka melakukan itu), adalah simulasi kecil dari kondisi politik yang ada di negeri ini (menurut saya si).
3.        Rajin mencari dan membaca jurnal serta buku internasional
Geodesi bukanlah ilmu yang sangat populer di Indonesia, ini terkait belum begitu banyaknya SDM di bidang tersebut karena tidak banyak kampus yang menyelenggarakan jurusan geodesi. Salah satu dampaknya adalah minimnya jurnal atau buku yang mengangkat tema keteknikan geodesi, khususnya pemetaan dasar (ada dan banyak tentu saja, tapi jika dibandingkan dengan keteknikan lain tentu geodesi lebih sedikit). Jika mahasiswa mau berkembang, mencari sendiri referensi-referensi internasional yang berkaitan dengan bidangnya tentu menjadi sebuah pilihan yang brilian. Apalagi jika kampus kita berlangganan jurnal internasional yang mentereng, kita bisa men-download-nya dengan gratis.
4.        Tulislah paper dan presentasikan di forum nasional
Ini menjadi kesempatan besar yang sering dilewatkan mahasiswa. Anggapan bahwa menulis paper harus berbobot profesor dengan bahasa ilmiah yang tak dapat dimengerti menjadi penghalang utama dalam mempublikasikan karya kita lewat tulisan ilmiah. Paper tidak perlu ditulis dengan konten atau bahasa alien yang berat. Kasarnya, menganalisis hasil pengolahan menggunakan metode atau software yang berbeda pun dapat dijadikan tulisan (menurut saya). Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor yang mempersendat perkembangan tulisan-tulisan di bidang pemetaan dasar secara kuantitas. Menulis paper dan mempresentasikannya di forum nasional akan menjadi bekal yang sangat luar biasa. Apalagi presentasi itu tidak semengerikan sidang TA (dari beberapa pengalaman saya). So, apa lagi yang membuat kita ragu untuk menulis?

Semua mahasiswa bisa, pintar dan bodoh itu cuma persepsi soal siapa yang lebih dulu mengerti, namun pada akhirnya semua bisa mengerti. Ketika seseorang dituntut untuk bisa, ia pasti bisa. Buktinya, dalam dunia kerja, semua orang dengan latar belakang IPK berapapun dan dari kampus manapun dituntut untuk bisa, dan pada akhirnya mereka semua akan bisa meski dengan kualitas yang beragam pastinya. Jadi, mengapa kita melewatkan berbagai kesempatan yang diberikan kampus ketika kita bisa meraih banyak hal di sana?

NB: yang setuju ya alhamdulillah, yang enggak ya udah.. damai aja :)

1 comment:

  1. mas kalo saya mau jadi geodet bekal apa saja yang harus dipersiapkan agar tembus universitas tehnik geodesi

    ReplyDelete

Please write your comment here