Banyak
orang mempertanyakan tugas akhir saya (beberapa lebih akrab dengan istilah “skripsi”)
yang mengambil topik mobile GIS.
Sebagian besar yang bertanya adalah orang “non-Geodesi”, yang menganggap bahwa
bidang itu sudah terlalu jauh dari disiplin ilmu saya sendiri, atau terlalu
merambah dunia informatika. Bahkan ayah saya sendiri sempat mempertanyakan
judul saya, apakah itu tidak terlalu bersentuhan dengan bidang ilmu komputer?
Jawabannya
simple sebenarnya. Ketika bidang pemetaan tidak diberi sentuhan teknologi, ia
hanya akan berkutat pada pemetaan tanpa proyeksi dan menggunakan posisi relatif
terhadap posisi benda lainnya tanpa koordinat. Atau hanya akan menggunakan
kertas yang lebar dengan pengukuran skala seadanya, menggunakan pilar batas
hanya sebuah batu tanpa spesifikasi tertentu. Jawaban lainnya, dalam proses
pembelajaran di kampus pun, mahasiswa jurusan Teknik Geodesi sudah harus
bersentuhan dengan teknologi, meski baru sebatas penerapan, bukan pembuatan.
Mulai dari penggunaan alat-alat survey yang kini sudah sebagian besar digital, software-software pengolahan data
spasial, satelit pemetaan dan GPS yang makin hari makin berkembang, hingga
teknologi-teknologi terbaru yang bahkan belum sempat dibahas dalam dunia
perkuliahan.
Kembali
ke mobile GIS. Berdasarkan analisa
seorang pakar Geodesi UGM, Bapak Andi Arsana, kelemahan geodet-geodet saat ini
adalah terlalu sibuk berkutat pada keilmuannya sehingga tidak memikirkan
aplikasi sederhana pada bidangnya untuk masyarakat di sekitarnya. Dunia IT yang
identik dengan programming sesungguhnya sangat membantu seorang geodet dalam
mengaplikasikan karakter spasialnya dalam bentuk aplikasi yang lebih
bermanfaat. Dengan pemahaman yang lebih kuat mengenai bidang spasial tentunya
kita dapat menciptakan sebuah program yang mengaplikasikan pemahaman kita itu,
tentunya jika kita memiliki pemahaman yang kuat pula dalam bahasa pemrograman. Mengkhususkan
pada bidang spasial dan positioning adalah
pilihan bijak dan ideal untuk seorang geodetic
engineer yang ingin mempelajari dunia IT, bukan terlalu terfokus pada
bidang pemrogramannya sehingga merambah ke bidang yang terlalu lebar. Karena
pemrograman komputer bisa dipelajari, tapi pola pikir spasial membutuhkan
proses pembelajaran yang tidak sebentar.
Ilmu
itu bermanfaat bukan ketika ia terus menerus berkembang namun hanya berupa
hasil penelitian yang ditumpuk menjadi sekumpulan jurnal. Bukan! Ilmu yang
berarti tidak harus memiliki tingkat kerumitan tinggi namun hanya menjadi tanda
tanya di masyarakat. Yang penting, meski sederhana, ia harus memberikan manfaat
yang konkret untuk kehidupan manusia.
So,
Geodesi merambah IT? Kenapa tidak?
Sumber gambar: http://cags.ou.edu/welcome.php
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here