Pages

Sunday, July 2, 2017

Perjuangan dan Perjalanan Menuju ISPRS Hannover Workshop 2017

Share on :
 
Sumber gambar: https://www.ipi.uni-hannover.de/hrigi17.html

ISPRS, singkatan dari International Society for Photogrammetry and Remote Sensing. Sesuai namanya, organisasi internasional ini sudah pasti menaungi para peneliti, akademisi, profesional, atau siapapun yang tertarik dan menggeluti dunia fotogrametri atau penginderaan jauh. Aku pertama kali mengetahui tentang organisasi ini saat bergabung dengan tempat kerjaku sekarang, Badan Informasi Geospasial (BIG) sekitar tiga tahun yang lalu.
Sejak saat itu, aku selalu memimpikan untuk datang dan presentasi di event yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut. Dua orang seniorku di kantor dengan inisial AR dan APP, aku anggap sebagai contoh karena mereka memang orang-orang yang terlebih dahulu aku ketahui papernya pernah diterima di ISPRS Conference. Apalagi nama pertama pernah berangkat ke ISPRS Conference tahun 2012 di Melbourne, Australia dan mempresentasikan papernya di sana. Yang menarik, dia bisa hadir di sana karena mendapatkan travel grant dari The ISPRS Foundation, yang memang kerap memberikan biaya perjalanan kepada para author yang terpilih –dan yang mengajukan permintaan grant pastinya.
Sumber gambar: http://www.isprs.org/
Meski masih memendam mimpi itu, aku tak pernah berani langsung memasukkan tulisanku ke sana. Aku masih sadar, banyak sekali yang harus aku pelajari dari rekan-rekanku di kantor serta pengalaman-pengalaman pekerjaanku yang sedikit demi sedikit membentuk pemahamanku lebih dalam mengenai bidang yang aku geluti. Untuk terus mengasah kemampuanku, aku terus menulis dan mengikuti konferensi-konferensi nasional dan internasional yang diadakan di Indonesia. Dari sana aku berusaha menambah wawasanku, mencoba bertemu dan berkenalan dengan pakar-pakar yang ada di negaraku, serta melatih kemampuanku dalam melakukan presentasi.
Aku pernah mencoba akan menulis paper untuk ISPRS tahun 2015, namun karena suatu hal kandas di tengah jalan. Tahun 2016, mungkin karena tekad yang kurang, akhirnya batal pula menulis untuk pertama kalinya di sana. Padahal, ISPRS Conference diadakan di tahun itu. Sekedar informasi, ISPRS Conference adalah event terbesar dari ISPRS yang digelar empat tahun sekali, dengan tahun penyelenggaraan yang sama seperti Piala Eropa (2012, 2016, 2020, dst). Jadi, karena melewatkan tahun tersebut, aku masih harus menunggu hingga 2020 di Nice, Perancis untuk pertama kalinya mempublikasikan paperku di ISPRS Conference.
Meski ISPRS Conference diadakan empat tahun sekali, ISPRS punya event-event lain yang lebih kecil, diantaranya ISPRS Workshop. Kalau dilihat di website-nya, ISPRS Workshop diadakan dua tahun sekali, termasuk tahun 2017 ini. Tahun 2017, event tersebut diadakan di Hannover, Jerman.
Aku membulatkan tekad untuk bisa menulis di event ini. Sejak akhir tahun 2016, aku sudah fokus untuk membuat paper terbaik yang bisa aku lakukan dengan kemampuanku sekarang. Untuk meningkatkan kualitas konten yang aku tulis, aku meminta bantuan dari seniorku di kantor dan seorang dosenku di Teknik Geodesi UNDIP. Nama mereka berdua pun aku masukkan ke dalam paper yang aku tulis.
Paper tersebut aku submit pada akhir Januari 2017, dan diumumkan diterima di ISPRS Archieves pada bulan Maret 2017. Paper tersebut telah melalui proses review dan perlu dilakukan perbaikan sesuai dengan penilaian reviewer. Selanjutnya, aku juga mendapat konfirmasi bahwa paperku diterima untuk dipresentasikan dalam sesi poster. Namun sebelum pengumuman penerimaan paper, ISPRS telah terlebih dahulu mengumumkan pembukaan travel grant, kira-kira beberapa hari setelah deadline submission paper. Akhir bulan Maret 2017, aku kirimkan syarat-syarat yang diminta, seperti formulir pendaftaran, motivation letter, bukti penerimaan paper yang diterima, serta surat rekomendasi dari atasan.
Akhir April 2017, aku mendapatkan email dari The ISPRS Foundation bahwa aku adalah salah satu penerima travel grant untuk menghadiri ISPRS Workshop 2017 di Hannover. Aku mendapatkan uang tunai senilai 800 US$ dan free registration. Biaya registrasi adalah 380 €, sehingga dalam euro jumlah uang yang kuterima adalah 1125 €. Karena aku sudah terlebih dahulu membayar uang registrasi, sistem yang digunakan adalah reimburse. Uang itu diterima di Jerman, jadi aku harus terlebih dahulu datang ke sana untuk mendapatkan grant tersebut.
Email notifikasi penerimaan permintaan travel grant
Jika ditaksir, kebutuhan total untuk mengikuti workshop tersebut adalah 1990 US$ atau sekitar 26 juta rupiah. Itu sudah mencakup tiket pesawat, biaya registrasi, hotel, biaya hidup, dan biaya transportasi lokal di Jerman. Jika uang dari ISPRS sejumlah 1125 € atau sekitar 17 juta rupiah, berarti masih ada kekurangan sekitar 9 juta rupiah yang harus ditanggung. Untungnya, kantor mendukungku dengan mendanai kekurangan tersebut. Mimpi menuju Hannover pun menjadi nyata.
Aku berangkat tanggal 4 Juni 2017 menggunakan maskapai Turkish Airlines. Setelah melalui perjalanan sekitar 20 jam termasuk transit di Istanbul, Turki, aku menjejakkan kakiku untuk pertama kalinya di Eropa pada tanggal 5 Juni 2017. Workshop dimulai tanggal 6 Juni dan berakhir 9 Juni 2017, dan aku mendapatkan giliran untuk mempresentasikan posterku pada tanggal 7 Juni 2017.
Menerima sertifikat dari Presiden ISPRS, Prof. Christian Heipke saat opening session
Aku tahu ini hanyalah sebuah pengalaman kecil, namun sejujurnya aku mendapatkan banyak hal. Beberapa hal yang ada di workshop saja sudah nampak membuatku takjub, mulai dari yang bersifat substantif seperti konten-konten tulisan yang mendalam dan kualitas presentasi yang bagus hampir oleh semua peserta serta hal-hal lain yang lebih bersifat attitude dan budaya, seperti:
1.   Ketepatan waktu. Realisasi acara sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat. Memang ada beberapa peserta yang terlambat, namun hanya sebagian kecil, sedangkan acara tetap berjalan sesuai schedule.
2.    Semangat para peserta dalam menyimak presentasi dari awal hingga akhir. Semangat yang tidak ada bedanya di sesi pagi dan sore, semuanya nampak menarik bagi mereka.
3.     Respek yang tinggi terhadap presenter. Pernah suatu hari aku sedikit terlambat masuk ke ruangan, dan kebetulan hari itu acara dipindahkan ke ruangan yang lebih kecil. Aku lihat beberapa peserta berdiri di belakang, mungkin mereka juga terlambat. Banyak kursi yang kosong, namun berada di tengah-tengah, dan untuk masuk ke sana harus melalui orang-orang yang duduk di sebelah pinggir, sehingga jika meminta ijin untuk masuk ke tengah-tengah kursi pasti akan membuat kegaduhan. Namun orang-orang itu tetap berdiri di belakang sambil menyimak presentasi, dan ketika presentasi berakhir, barulah mereka masuk ke tengah-tengah kursi untuk duduk.
4.  Dalam bertanya, mereka to the point. Bahkan si penanya tidak merasa perlu memperkenalkan diri. Dan dari para penanya yang aku lihat, gesture mereka lebih seperti orang yang ingin tahu daripada orang yang ‘sok’ tahu. Ini subjektif, sih, namun tentunya kita pernah menjumpai penanya di seminar yang pertanyaannya lebih menjurus ke ‘menguji’ daripada ‘ingin tahu’.
5.  Respek juga ditunjukkan di sesi poster. Tak ada bedanya, mereka tertarik dengan sebuah poster, bertanya dengan muka ingin tahu yang besar, sangat menghormati lawan bicaranya ketika sedang dijelaskan.
Oral session
Poster session
Sepertinya itu saja yang aku ingat sekarang. Dan kalau ditulis terlalu banyak, mungkin pembaca yang akan bosan, hehe.
Kepulanganku ke Indonesia dijadwalkan tanggal 10 Juni malam. Tanggal 10 Juni itu, aku menyempatkan untuk jalan-jalan ke tempat-tempat menarik di Hannover, seperti New Town Hall, Masch Park, Maschsee, Lower Saxony State Museum, dan German Museum of Caricature and Drawings. Di hari-hari sebelumnya, selepas workshop, aku selalu menyempatkan mengunjungi tempat-tempat penting di Hannover, seperti HDI Arena (markas klub Hannover 96), Historisches Museum, Marktkirche, dan taman-taman seperti Berggarten, Herrenhäuser Gärten, dan Georgengarten.  
HDI Arena
New Town Hall
German Museum of Caricature and Drawings
Marktkirche
Dan kini, aku sudah kembali, membawa pengalaman dan semangat baru untuk terus belajar dari mereka yang terbaik.

No comments:

Post a Comment

Please write your comment here