Pages

Showing posts with label Teori. Show all posts
Showing posts with label Teori. Show all posts

Thursday, April 2, 2020

Segmentasi Data LiDAR untuk Deteksi Bangunan



Segmentasi point cloud LiDAR digunakan untuk membedakan sekumpulan point cloud berdasarkan kesamaan fitur. Misalnya, segmentasi dapat digunakan untuk membedakan dan memisahkan antar bangunan agar setiap bangunan dapat dibedakan untuk tujuan berikutnya (misalnya untuk deteksi atau ekstraksi bangunan secara otomatis).

Saturday, March 28, 2020

Klasifikasi Bangunan pada Data LiDAR Menggunakan Cloud Compare (Konsep)

Cloud Compare

Pada artikel sebelumnya, kita belajar mengenai pembuatan model bangunan 3D dari data LiDAR menggunakan software Terrasolid, dimana salah satu tahapannya adalah klasifikasi point cloud sebagai bangunan. Selain Terrasolid, beberapa software juga dapat melakukan proses klasifikasi bangunan, dan salah satu perangkat open source yang bisa melakukannya dengan sangat baik adalah Cloud Compare.

Wednesday, March 25, 2020

Konsep Pembentukan DEM Nasional (DEMNAS)



Ketersediaan dan aksesibilitas data DEM (Digital Elevation Model) sangat dibutuhkan karena DEM merupakan data masukan yang sangat penting dalam berbagai analisis spasial. Oleh karena itu, DEM yang bersifat global dan open access layaknya SRTM dan ASTER GDEM akan memberikan manfaat yang sangat besar serta mendukung berbagai kebijakan yang bersifat spasial. Meski demikian, ketersediaan DEM global dengan kualitas tinggi masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pada tahun 2018, Indonesia melalui Badan Informasi Geospasial (BIG) meluncurkan DEM seamless yang mencakup seluruh wilayah di Indonesia, yang disebut dengan DEMNAS (DEM Nasional). DEMNAS berawal dari tantangan untuk menghasilkan DEM seamless nasional dari multi-sumber data karena ketersediaan DEM yang bervariasi dengan spesifikasi yang berbeda-beda, seperti TerraSAR-X, IFSAR, dan Radarsat. DEMNAS kini tersedia secara online dan dapat diakses dengan gratis di http://tides.big.go.id/DEMNAS/.

Monday, March 23, 2020

Pembentukan Model Bangunan 3D Menggunakan Data LiDAR


Jika pada artikel sebelumnya kita membahas klasifikasi ground dan non-ground, artikel ini akan membahas tahap selanjutnya, yaitu pemodelan bangunan 3D. Ini adalah proses lanjutan dari hasil klasifikasi non-ground LiDAR yang meliputi klasifikasi bangunan dan vegetasi serta vektorisasi model 3D. Semua proses menggunakan software Terrasolid.

Saturday, March 21, 2020

Klasifikasi Ground dan Non-ground pada Data LiDAR


Selain foto udara dan citra satelit, LiDAR merupakan salah satu alternatif data dasar yang dapat digunakan dalam proses pemetaan. Teknologi LiDAR merepresentasikan permukaan bumi secara tiga dimensi dengan merekam posisi dan elevasi dari titik target dalam bentuk koordinat x, y, z. Oleh karena itu, berbeda dengan data foto udara atau citra satelit yang berformat raster, LiDAR adalah sekumpulan data point cloud dengan kerapatan tertentu sehingga membentuk representasi permukaan 3D yang dapat diproses untuk keperluan pemetaan atau hal lainnya.

Thursday, May 11, 2017

Konsep Pembentukan Model 3D Menggunakan Data SAR

Sumber gambar: http://www.dlr.de/dlr/en/desktopdefault.aspx/tabid-10377/565_read-436/#/gallery/350

Salah satu tahap dalam pemetaan rupabumi (RBI) adalah digitasi, yaitu ekstraksi fitur rupabumi dari data dasar yang digunakan. Data dasar tersebut dapat berupa foto udara maupun citra satelit, tergantung dari skala dan spesifikasi data yang akan dihasilkan.

Wednesday, May 25, 2016

Sekilas tentang ArcGIS Data Reviewer


Layaknya sebuah produk yang diproduksi untuk digunakan orang banyak, data spasial –terutama terkait peta dasar– juga perlu melalui proses kontrol kualitas sebelum dipublikasi. Metode dalam melakukan kontrol kualitas beraneka ragam, namun pada umumnya parameter yang harus dipenuhi seperti didefinisikan oleh The ICA Commission of Spatial Data Quality berkaitan dengan ketelitian posisi, ketelitian atribut, kelengkapan, lineage, logical consistency, ketelitian semantik, dan informasi temporal.

Saturday, January 9, 2016

Konsep Navigasi pada Google Map


Mencari sebuah tempat atau menentukan rute jalan terpendek di gadget sekarang bukan lagi sebuah hal yang sulit. Google Map salah satu solusinya, dimana fitur-fitur yang memanfaatkan fungsi navigasi peta begitu hidup di sana. Teknologi GPS mengakomodir penentuan posisi device, sedangkan implementasi network analyst menjalankan fungsinya sebagai panduan dalam mencari jalan menuju suatu tempat.

Saturday, September 5, 2015

Validasi Topologi Data Spasial

Sumber gambar: webhelp.esri.com

Prinsip dasar dari pemetaan adalah ekstraksi informasi geospasial dasar yang ada dalam real world menjadi data vektor dua atau tiga dimensi. Data vektor tersebut memiliki tiga tipe yaitu titik, garis, dan area. Masing-masing tipe tersebut merepresentasikan berbagai kenampakan fitur, misalnya bangunan dapat berupa titik atau area, sungai dan jalan berupa garis, dan penutup lahan berupa area. Unsur-unsur spasial tersebut pada akhirnya disatukan agar dapat menjadi satu peta yang utuh. Oleh karena itu, hubungan antar obyek spasial tersebut harus diperhatikan.

Konsep Generalisasi dalam Pemetaan

Sumber gambar: colorado.edu

Skala menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam pemetaan. Pendefinisian skala menentukan kedetailan unsur yang ditampilkan dalam peta tersebut. Misalkan, unsur sungai yang disajikan pada skala 1:5.000 tentunya akan berbeda dengan yang ditampilkan pada skala 1:25.000, baik dari segi kepadatan unsurnya maupun kompleksitas geometrinya. Untuk itu, perlu ditetapkan spesifikasi untuk menjaga konsistensi kedetailan peta multi-skala.

Monday, April 29, 2013

Penentuan Posisi di Atas Permukaan Bumi



Dalam dunia pemetaan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti jarak, arah, sudut, elevasi, beda tinggi, koordinat, dan gaya berat. Korelasinya –pada umumnya– jarak dan sudut menentukan posisi suatu titik terhadap titik lainnya yang direpresentasikan dalam sebuah sistem koordinat. Dengan kata lain ketiga aspek itu (jarak, sudut, dan koordinat) adalah sebuah parameter posisi yang merupakan faktor penting dalam peta. Sedangkan elevasi dan beda tinggi adalah aspek terkait tinggi titik pada permukaan bumi terhadap bidang nol yang direpresentasikan menggunakan MSL (Mean Sea Level).

Friday, December 14, 2012

GIS (Geographic Information System) dalam Bahasa Sederhana



Jika kita menyebutkan kata GIS (Geographic Information System) atau dalam bahasa Indonesia disebut SIG (Sistem Informasi Geografis) kebanyakan orang sama sekali tidak tahu artinya. Padahal bisa jadi mereka pernah menggunakannya, namun tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan adalah mengoperasikan SIG. Ingin tahu buktinya? Sebagian besar orang pasti pernah menggunakan Google Map atau Google Earth. Anda tentu pernah menandai suatu lokasi dengan simbol tertentu lalu memasukkan informasi di dalamnya (misalnya nama tempat tersebut). Ketika orang lain membuka peta yang sama, maka ia dapat melihat data-data yang Anda masukkan. Tidak sadarkah Anda bahwa itu adalah sebuah operasi SIG yang paling sederhana?

Monday, June 25, 2012

Dasar Transformasi Koordinat pada Proyeksi Mercator



Pada artikel ini akan dibahas mengenai contoh hitungan transformasi koordinat pada proyeksi Mercator. Proyeksi Mercator merupakan metode proyeksi dengan menggunakan bidang silinder normal konform. Meridian maupun paralel tergambar sebagai garis-garis lurus, namun meridian memiliki jarak antar garis yang sama, sedangkan paralel mempunyai jarak yang berbeda. Semakin jauh dari ekuator, semakin besar jarak antar paralelnya. Faktor skala (k) di ekuator = 1, sehingga bidang permukaan bumi pada ekuator yang menyinggung bidang silinder diproyeksikan ekuidistan. Semakin jauh dari ekuator, nilai k semakin besar. Wilayah Indonesia dipetakan dalam satu sistem koordinat, dimana sumbu X adalah ekuator, sumbu Y adalah meridian Jakarta, dan titik nol adalah perpotongan ekuator dan meridian Jakarta.

Saturday, June 16, 2012

Proses Perjalanan Sinyal GPS


Rangkuman salah satu bab dalam buku “PENENTUAN POSISI DENGAN GPS DAN APLIKASINYA” karya Hasanuddin Z. Abidin

Satelit GPS memancarkan sinyal-sinyal, pada prinsipnya untuk ‘memberi tahu’ si pengamat sinyal tentang posisi satelit tersebut serta jarak dari si pengamat beserta informasi waktunya. Dengan mengamati satelit dalam jumlah yang cukup menggunaka receiver GPS, pengamat dapat menentukan posisi, kecepatan, waktu, maupun parameter-parameter turunan lainnya.

Sunday, June 10, 2012

Teknis Penetapan Batas Wilayah Laut



Permasalahan batas wilayah merupakan substansi masalah klasik yang terkadang menjadi problematika yang sangat rumit dari suatu bangsa. Tak terkecuali Indonesia. Entah sudah berapa banyak media mengabarkan polemik perbatasan Indonesia dengan negeri tetangga khususnya di sekitar ASEAN, atau mungkin pembaca lebih suka mengerucutkan ke negara Malaysia. Baik batas kontinen maupun maritim ada saja yang diributkan, bertahun-tahun seolah tak pernah usai.

Sunday, September 11, 2011

Koreksi Topografi (Topographic Correction)


Artikel ini merupakan ringkasan dasar teori dari laporan  penulis saat melakukan Kerja Praktek di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sumbernya diterjemahkan dari jurnal internasional K.H. Law dan J. Nichol dari Department of Land Surveying and Geo-Informatics The Hongkong Polytechnic University. 

Koreksi topografi (topographic correction) disebabkan oleh pengaruh sudut elevasi matahari, sehingga menyebabkan perubahan pencahayaan pada permukaan bumi karena sifat dan kepekaan objek menerima tenaga dari luar tidak sama serta perubahan radiasi permukaan objek disebabkan oleh perubahan sudut pengamatan sensor. Perubahan radiasi permukaan objek menyebabkan perubahan kecerahan citra. Perubahan sudut penyinaran matahari terhadap zenit dan jarak matahari ke bumi mempengaruhi irradiasi matahari yang sampai ke objek di permukaan bumi, sehingga menyebabkan perubahan pada nilai piksel pada rekaman gambar di permukaan bumi. Oleh karena itu, koreksi topografi bertujuan untuk mengembalikan nilai keabuan elemen gambar (piksel) pada nilai yang sebenarnya (Purwadhi, 2008). Untuk melakukan koreksi nilai piksel tersebut diperlukan informasi mengenai besar dan arah sudut matahari (sudut zenit dan azimut matahari), serta informasi mengenai besar dan arah kemiringan piksel (slope dan aspek dari piksel).

Saturday, September 10, 2011

Normalisasi Radiometrik (Radiometric Normalization)


Posting berikut adalah rangkuman terjemahan dari kumpulan jurnal internasional Gang Hong dari Department of Geodesy and Geomatics Engineering University of New Brunswick, Kanada tahun 2007 dengan judul IMAGE FUSION, IMAGE REGISTRATION, AND RADIOMETRIC NORMALIZATION FOR HIGH RESOLUTION IMAGE PROCESSING. 

Beberapa faktor independen dari penutup lahan dapat secara signifikan mempengaruhi reflektansi spektral yang diukur pada sensor. Ini termasuk kalibrasi sensor, elevasi matahari, kondisi atmosfer dan topografi. Dari faktor-faktor tersebut, kalibrasi sensor, sudut matahari dan kondisi atmosfer mengalami perubahan terhadap waktu. Normalisasi citra diperlukan untuk mengurangi efek variasi radiometrik pada beberapa citra yang memiliki perbedaan waktu. Hasilnya adalah serangkaian citra yang memiliki kondisi penutup lahan yang sama berdasarkan nilai spektral, memungkinkan untuk analisa lebih lanjut dalam mendeteksi perubahan tutupan lahan (Callahan, 2003).

Labels