Selain foto udara dan citra satelit, LiDAR
merupakan salah satu alternatif data dasar yang dapat digunakan dalam proses
pemetaan. Teknologi LiDAR merepresentasikan permukaan bumi secara tiga dimensi dengan merekam posisi dan elevasi dari titik target dalam
bentuk koordinat x, y, z. Oleh karena itu, berbeda dengan data foto udara atau
citra satelit yang berformat raster, LiDAR adalah sekumpulan data point
cloud dengan kerapatan tertentu sehingga membentuk representasi permukaan 3D
yang dapat diproses untuk keperluan pemetaan atau hal lainnya.
Visualisasi data LiDAR (Susetyo et al, 2018)
Dalam pemetaan, tahap awal dari pemrosesan data
LiDAR pada umumnya adalah memisahkan antara titik tanah (ground) dengan
non-tanah (non-ground), atau secara teknis disebut filtering. Salah
satu algoritma yang populer dalam klasifikasi ground dan non-ground adalah
Axelsson (2000) yang menggunakan algoritma Adaptive-TIN Sufraces. Secara
singkat, proses algoritma tersebut dapat dideskripsikan dalam empat tahapan:
menghitung parameter awal, menentukan seed point, densifikasi TIN secara
iterasi (menghitung parameter untuk masing-masing iterasi dari titik yang masuk
dalam TIN untuk kemudian menambahkan titik pada TIN tersebut jika nilainya
berada di bawah threshold), dan melanjutkan sampai semua titik
terklasifikasi menjadi ground atau objek (Axelsson, 2000).
Parameter algoritma Adaptive-TIN Surfaces (Axelsson,2000)
Algoritma tersebut diimplementasikan pada software
pengolah data LiDAR komersial, yaitu Terrasolid. Pada implementasinya di software
Terrasolid, nilai-nilai parameter harus dimasukkan, seperti ukuran bangunan
maksimal, sudut terrain, sudut iterasi, dan jarak iterasi. Ukuran
bangunan maksimal mengasumsikan pada area tersebut minimal terdapat satu titik
sebagai titik ground awal, sudut terrain merepresentasikan sudut
tercuram yang mampu dibentuk oleh TIN, sudut iterasi tergantung pada kondisi
terrain (sudut iterasi yang kecil lebih baik untuk terrain yang datar sedangkan
sudut iterasi yang besar lebih cocok untuk area bergunung), dan jarak iterasi
adalah jarak maksimum dari titik ke segitiga TIN (Rizaldy & Mayasari,2016).
Parameter dalam software Terrasolid (Susetyo et al, 2018)
Hasil dari pemrosesan tersebut adalah dari
keseluruhan point cloud dapat dipisahkan antara titik ground dan non-ground
seperti pada gambar di bawah. Hasil tersebut dapat digunakan untuk proses
berikutnya, seperti pembentukan Digital Terrain Model (DTM) atau klasifikasi
vegetasi dan bangunan. Proses-proses berikutnya akan dibahas di artikel
selanjutnya.
Titik ground (kiri) dan non-ground (kanan)
(Susetyo et al, 2020)
No comments:
Post a Comment
Please write your comment here